Selasa 20 May 2014 14:33 WIB

Menkominfo: Harkitnas Bukan Kamuflase Romantisme Perjuangan

Tifatul Sembiring
Foto: Republika/Agung Supri
Tifatul Sembiring

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring kembali menegaskan makna peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-106 tahun 2014 bukan sekedar rasa nasionalisme yang dikamuflase karena kerinduan romantisme perjuangan masa lalu.

"Nasionalisme kekinian bukan lagi kamuflase akan kerinduan perjuangan masa lalu, tetapi bagaimana kita mengimplementasikan romantisme perjuangan tersebut ke dalam pola pikir, sikap dan perilaku kebangsaan selaras dengan tuntutan zaman," katanya dalam sambutan tertulis dibacakan Gubernur Maluku Said Assagaff, saat memimpin peringatan Harkitnas, di Ambon, Selasa.

Peringatan Harkitnas tahun ini yang mengangkat tema "Maknai Kebangkitan Nasional melalui Kerja Nyata Dalam Suasana Keharmonisan Dan kemajemukan Bangsa" tandas Menkominfo, mengandung tiga makna sekaligus menjadi instrumen ukuran sejauh mana nilai-nilai nasionalisme terimplementasi dalam karsa, cipta dan karya kekinian kita secara nyata.

Membangun Indonesia baru di masa depan adalah antitesis dari kepentingan kelompok dan individu, antitesis berpikir kedaerahan, cara berperilaku kepartaian atau golongan.

"Nasionalisme yang diperlukan adalah yang berkontribusi bagi kedaulatan dan harga diri bangsa kita. Indonesia pada dasarnya menginginkan sebuah keharmonisan dalam perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," katanya.

Nasionalisme terbangun bukan dari perilaku saling menuding, saling menyalahkan dan bahkan saling menyingkirkan, tetapi kekuatan kebangsaan tersemai dalam kohesivitas yang harmonis dari energi potensi yang telah kita miliki.

Komitmen untuk berbagi dan bersinergi dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional, ujarnya, menjadi ukuran sejauh mana karsa, cipta dan karya yang telah dilakukan memberikan kekuatan bagi terbangunnya keharmonisan perilaku dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang amanah.

Selain itu, memberi rujukan bahwa kekuatan sebuah bangsa tercirikan dari bagai mana perbedaan dan kemajemukan dapat terkelola menjadi kekuatan.

Indonesia, katanya, memiliki lebih dari 300 kelompok etnis, 250 bahasa daerah dalam percakapan, keragaman dan komposisi pemeluk agama yang tersebar di seluruh Nusantara adalah sebuah kekayaan sekaligus kekuatan.

Sebagai Negara yang kaya akan keberagaman etnis, suku, budaya, dan agama, maka semua warga negara patut menyadari bahwa kohesivitas kesadaran akan keragaman senantiasa terjaga secara terus menerus dan berkesinambungan, serta toleransi akan perbedaan, kemajemukan yang tumbuh berkembang atas dasar komitmen dan kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak boleh luntur sampai kapanpun.

Jika dihitung dari titik awal Kebangkitan Nasional tahun 1908, maka pada tahun 2014 ini, sudah lebih dari seratus tahun berproses dalam kesadaran untuk menjadi bangsa yang berdaulat, memiliki identitas dan jati diri ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Wajah dan corak keindonesiaan kita pun tentunya telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan seiring dengan perubahan jaman dan tuntutan masyarakat itu sendiri," katanya.

Oleh karena itulah, dalam rangka tetap menjaga semangat dan nilai-nilai kebangsaan yang telah dirintis oleh para pendahulu, Menkominfo mengajak seluruh komponen untuk tidak lengah, tapi justru semakin waspada dan cerdas dalam menghadapi berbagai perubahan dan kemajuan yang berproses secara terus-menerus.

Dia menambahkan, peringatan Harkitnas dan Sumpah Pemuda 1928 merupakan momentum bagi pemuda yang bercita-cita Indonesia merdeka, melanjutkan perjuangan para pemuda periode tahun 1945-1949, serta berjuang bagi tegaknya bangunan keindonesiaan yang merdeka dan berdaulat.

Revolusi kemerdekaan yang membangun nasionalisme tanpa pandang bulu, sekaligus menjadi motor penggerak mobilitas sosial bagi seluruh komponen bangsa, sehingga pada gilirannya memberi ruang dan peluang bagi setiap anak bangsa untuk berbakti, mengabdi dan berkiprah sesuai profesi, keahlian dan bidang yang digelutinya.

"Inilah makna nasionalisme sesungguhnya, yakni penerapan cara berpikir, bersikap dan berperilaku yang secara ideologis merupakan kristalisasi kesadaran berbangsa dan bernegara," tandasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement