Selasa 20 May 2014 20:18 WIB

Alasan Marche du Film Penting Bagi Indonesia

Film Indonesia
Foto: Antara
Film Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, CANNES --  Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) menilai keberadaan pasar film internasional, seperti Marche du Film di Cannes Film Festival 2014 dinilai sangat penting bagi perfilman Indonesia.

Presiden Aprofi, Sheila Timothy, mengatakan,  pasar film seperti Marche du Film di Cannes Film Festival 2014 tidak sekedar untuk menjajakan dan menjual produk film tetapi sekaligus tempat untuk mempromosikan film Indonesia.

"Keberadaan pasar film, di manapun berada, akan membuat industri film negara yang bersangkutan makin dikenal publik dunia. Apalagi dengan dukungan pemerintah seperti saat ini keikutsertaan Kemenparekraf di pasar film Marche du Film," katanya di London, Selasa (20/5).

Sheila yang memproduseri film Pintu Terlarang, Modus Anomali itu mengakui tanggapan pasar film nternasional terhadap film Indonesia saat ini masih rendah. Hal itu, tambahnya, terjadi karena kelemaham utama film Indonesia khususnya pada cerita yang masih lemah serta ketersediaan dana yang terbatas.

"Selain itu, film Indonesia belum mempunyai kekuatan sebagai produk yang mempunyai cita rasa internasional," katanya.

Dia mengakui, dengan keikutsertaan para produser film dalam berbagai pasar yang mendapat dukungan dari pemerintah, sedikit banyak akan meringankan tugas produser film dalam ikhtiar menjual filmnya di pasar film internasional.

Namun demikian, Sheila yang saat ini sedang merampungkan film Tabula Rasa, film yang bercerita tentang kuliner Indonesia, menambahkan harus tetap dibuat blueprint atau cetak biru yang jelas dalam merumuskan strategi industri film Indonesia di pasar film internasional.

Apalagi, tambahnya, dalam waktu dekat sejumlah penggiat film di Asia sedang mengagas berdirinya Asian Film Award, yang salah satu tugasnya, akan turut mendistribusikan film Asia di wilayah Asia sendiri. "Dengan sistem pendistribusian yang akan dirumuskan bersama kendala pemasaran produk film sedikit banyak akan terbantukan dengan sendirinya," katanya.

Apalagi, pasar film di dalam negeri dinilai masih belum sehat. Dengan jumlah layar 900 di seluruh Indonesia, dan produksi film nasional hanya 80 sampai 100 judul per tahun, plus ratusan film luar negeri, pasar film Indonesia masih sangat kecil.

Untuk itu, Aprofi yang beranggotakan 28 produser film akan menjalin kerja sama dengan Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) dan Badan Perfilman Indonesia (BPI ) untuk merumuskan blue print industri film Indonesia.

Selain itu juga menjalin hubungan dengan berbagai pihak, seperti dengan Kemendikbud, Kemenparakeraf, Dirjen HAKI Kominfo, BKPM serta Kemenkeu, karena ada urusan pajak dan berbagai turunan persoalan perfilman lainnya yang berkaitan dengan sejumlah kemenetrian.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement