Jumat 23 May 2014 18:21 WIB

Politisi Australia Usulkan Larangan Mas Kawin

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Seorang politisi Australia, Ted Baillieu,  mengusulkan larangan mas kawin atau mahar untuk mencegah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Masalah ini biasanya terjadi di kalangan warga imigran di Australia.

Tradisi mahar di sejumlah negara Asia Selatan dan negara Afrika, bisa berupa hadiah, uang atau properti yang dibayarkan oleh istri atau keluarga istri kepada suaminya saat menikah.

Ted Baillieu yang juga pernah menjabat Menteri Utama Negara Bagian Victoria mengatakan, beberapa perempuan imigran yang datang ke Australia melalui aturan pernikahan manghadapi tekanan membayar mahar kepada suaminya. Kondisi inilahh yang menurutnya bisa memicu kekerasan.

"(Mereka) bisa saja dimintai lebih banyak mahar, berupa mahar yang berkelanjutan, dan di beberapa keluarga bisa mengarah ke adanya gangguan rumahtangga, intimidasi dan juga kekerasan dalam keluarga," ujar Baillieu, baru-baru ini.

Ia menjelaskan, ada aspek dalam pembayaran mahar yang bisa mengarah ke berbagai masalah. "Unsur paksaan dan permintaan mahar yang terus berlanjut telah menjadi masalah signifikan di beberapa kelompok masyarakat kita dan kita perlu untuk berbuat sesuatu," katanya, merujuk pada warga migran di Australia.

Baillieu mengajukan sebuah petisi di Parlemen Victoria yang menginginkan sebuah definisi yang mengenai kekerasan ekonomi dalam Undang-Undang Perlindungan atas Kekerasan dalam Keluarga (Family Violence Protection Act) untuk menyertakan permintaan mahar secara paksa.

"Ini merupakan tradisi budaya dan sejarah, tetapi di India mereka sudah memiliki aturan untuk mencegah permintaan mahar, tetapi saya pikir itu tidak ditegakkan," tuturnya kepada  Radio 774 ABC Melbourne.

Psikiater  Dr Manjula O'Connor banyak bekerja dengan korban KDRT di antara warga India di Melbourne dan pihaknya mencatat ada 150 perempuan dalam 12 bulan terakhir yang menderita karena masalah mahar ini.

"Saya melihat para perempuan ini mengalami masalah klinikal dari KDRT dan 75 persen di antara mereka memiliki semacam persoalan terkait dengan mahar," kata Dr O'Connor.

"Keluarga para perempuan ini memberikan mahar karena takut suami mereka tidak menghormati para istri dengan baik setelah menikah."

Tetapi Dr O'Connor mengatakan mahar bukan hanya masalah komunitas India."Mahar juga terjadi di antara komunitas Asia Selatan, dan bahkan di antara warga China, tetapi bentuknya macam-macam," jelasnya.

Mahar dilarang di India pada tahun 1961, dan Dr Manjula ingin melihat peraturan hukum yang serupa di Victoria dan negara-negara bagian lain di Australia."Ada dua cara untuk menghancurkan praktik ini - membuat mahar sebagai praktik kriminal dan membuatnya menjadi bagian dari perundangan mengenai KDRT, yang berarti perempuan akan bisa membawanya sebagai sebuah masalah hukum di pengadilan," jelasnya.

Ikuti Kompetisi Belajar Bahasa Inggris di Australia gratis - Klik tautan berikut: https://apps.facebook.com/australiaplus

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement