Jumat 23 May 2014 18:20 WIB
Ekonomi Kreatif

Ekonomi Kreatif di Indonesia Tumbuh Pesat

Sejumlah pria berada di depan layar Indonesia Creative dalam Pekan Produk Kreatif Indonesia di kawasan Epiwalk, Jakarta, Rabu (27/11).
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Sejumlah pria berada di depan layar Indonesia Creative dalam Pekan Produk Kreatif Indonesia di kawasan Epiwalk, Jakarta, Rabu (27/11).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Omzet ekonomi kreatif di Indonesia diperkirakan mencapai hingga Rp 600 triliun rupiah. Hal itu didorong oleh kenaikan kelas menengah baru sebesar 80 juta, keragaman unsur budaya sebagai modal kreatif, dan juga kemampuannya menyedot tenaga kerja yang mencapai 11,872 persen dari total lapangan kerja nasional.

Kesimpulan tersebut disampaikan oleh pakar ekonomi kreatif UGM Erda Rindrasih dalam 'Serial Diskusi Ekonomi Kerakyatan' di kampus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, kemarin. Menurut Erda, ekonomi kreatif di Indonesia sangat beragam, mulai dari industri arsitektur, desain, fesyen, kerajinan, musik hingga seni pertunjukan.

Peluangnya pengembangannya juga masih sangat potensial, diantaranya adalah perubahan perilaku masyarakat yang lebih menyukai produk produk unik yang jumlahnya tidak banyak. Peluang yang lain adalah penduduk Indonesia yang sangat besar yang secara otomatis menjadikannya sebagai pasar yang sangat besar juga.

Istilah ekonomi kreatif dikenal sejak tahun 2001 yang diperkenalkan oleh John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money from Ideas. Ekonomi kreatif kemudian muncul sebagai suatu bentuk ekonomi jenis baru. Munculnya ekonomi kreatif ini terjadi karena adanya pergeseran arah ekonomi dari Ekonomi Pertanian, Ekonomi Industri, Ekonomi Informasi lalu bergeser menjadi Ekonomi Kreatif.

"Keragaman seni dan budaya Indonesia yang sangat kaya menjadi peluang sendiri dalam menciptakan produk-produk ekonomi kreatif yang berkualitas", ungkap alumnus Universitas Hawaii USA tersebut, dalam keterangan tertulis kepada Republika.

Diskusi yang diselenggarakan atas kerjasa sama UIN Sunan Kalijaga dengan Institut Studi Indonesia Amerika (AIFIS) tersebut juga menghadirkan seniman sekaligus praktisi industri kreatif Ki Mujar Sangkerta. Ki Mujar menceritakan pengalamannya sebagai pelaku industri kreatif melalui karya-karya logam yang dibuat menjadi Wayang Milehnium Wae.

"Wayang ini dibuat dari bahan plat logam dengan ukuran yang besar-besar dibanding ukuran standar wayang purwo. Karena terbuat dari logam, wayang ini sangat fleksibel bisa dipentaskan di mana saja, kapan saka dan dalam kondisi cuaca apa saja", ungkapnya sambil menunjukkan salah satu wayang logam karyanya. n Budi Raharjo

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement