REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mantan Kepala Militer Abdul Fattah al-Sisi telah meraih suara mayoritas dalam pemilu presiden Mesir. Berdasarkan perhitungan hasil awal, ia telah meraih suara sebanyak 90 persen setelah dua ribu dari 12 ribu TPS melaporkan hasilnya.
Meskipun begitu, jumlah pemilih diperkirakan tak lebih dari 45 persen meskipun upaya pemerintah mendorong warganya datang ke TPS sangat tinggi. Tak hanya itu, BBC melaporkan, Kamis (29/5), banyak kelompok juga telah memboikot pemungutan suara.
Dalam pemilu ini, Sisi hanya memiliki seorang pesaing yang kurang populer, yakni Hamdeen Sabahi. Tim kampanye Sabahi pun telah melaporkan adanya pelanggaran dalam proses pemilu. Meskipun begitu, ia menolak seruan dari para dukungannya untuk mengundurkan diri dari pemilu.
Pemilu Mesir pun juga telah diperpanjang selama sehari kemarin. Sehingga, pemilu ini digelar selama tiga hari dengan harapan jumlah para pemilih meningkat. Namun, banyak laporan menyebut berbagai TPS di penjuru Mesir sepi didatangi para pemilih.
Para pengamat mengatakan sedikitnya jumlah pemilih dapat merusak legitimasi kemenangan Sisi. Sisi sebelumnya juga telah menggulingkan Presiden Mohamad Mursi pada Juli lalu.
Anggota gerakan Ikhwanul Muslimin pun tercatat tewas hingga lebih dari 1.400 orang, sedangkan 16 ribu orang lainnya ditahan. Kelompok organisasi tersebut mengatakan memboikot pemungutan suara.