Rabu 18 Jun 2014 20:45 WIB

Aktivitas di Dolly dan Jarak Mati Sementara

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Nidia Zuraya
Kawasan Dolly
Foto: REUTERS/Sigit Pamungkas
Kawasan Dolly

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Aktivitas perekonomian warga berhenti pada hari pendeklarasian kawasan prostitusi Dolly dan Jarak, Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Rabu (18/6). Pemilik toko dan warung serta para pelaku usaha memilih untuk tak beroperasi.

Berhentinya aktivitas perekonomian warga itu disebabkan ketakutan warga akan adanya kerusuhan. "Tutup mas. Takut ada apa-apa (kerusuhan) nanti," kata salah satu pemilik toko di kawasan Dolly, Barudin, Rabu (18/6).

Pelayan sebuah toko serba ada terbesar di kawasan lokali-sasi itu mengatakan, perintah tutup memang perintah dari atasannya. "Nggak ada paksaan mas (dari warga). Memang disuruh bos tutup," ujar dia.

Barudin mengatakan, belum ada kepastian kapan swalayan tempat dia bekerja akan kembali beroperasi. Tapi, sambung dia, jika situasi mulai aman, menejemen usaha tempat dia bekerja akan kembali bekerja.

 

Bukan cuma swalayan yang memilih tak beroperasi, pemilik warung kopi dan rokok pinggir jalan, atau biasa yang disebut giras, juga memilih tutup. Seorang pemilik giras Anto berkata, tutupnya lapak usahanya juga lantaran takut. "Wah, nggak berani mas. Ngeri ini kayaknya," ujar dia.

Seperti diketahui, Pemkot Surabaya bakal mendeklarasikan penutupan kawasan lokalisasi Dolly dan Jarak, Rabu (18/6) malam. Deklarasi tersebut, dibacakan kurang lebih dua kilometer dari kawasan esek-esek itu. Atau persisnya di Islamic Center Surabaya.

Pantauan ROL di lapangan, hingga menjelang Isya, warga Dolly dan Jarak memilih untuk keluar dari rumah dan menjaga kawasan tersebut. Kebanyakan mereka adalah warga yang menolak rencana Wali Kota Tri Rismaharani tersebut.

Terlihat banyak warga pemuda yang tergabung dalam Front Pekerja Lokalisasi (FPL), Komunitas Pemuda Independen (Kopi) dan Gerakan Rakyat Bersatu (GRB) menutup semua akses jalan dari dan menuju kawasan lokalisasi tersebut.

Seorang anggota FPL yang mengaku bernama Sinyo kepada Republika mengatakan, penutupan akses dari dan menuju Dolly dan Jarak itu lantaran tersiar kabar adanya sejumlah massa dari luar yang ingin meringsek masuk ke kawasan Dolly dan Jarak, untuk melakukan penutupan secara paksa.

"Kita (para penolak penutupan Dolly dan Jarak) tetap tolak penutupan. Banyak ormas-ormas luar yang mau masuk ke sini (Dolly dan Jarak) secara paksa," ujar dia. Untuk itu, kata dia, siapa pun yang nekat masuk dan menutup lokalisasi itu, akan mendapat perlawanan.

Selain aktivitas perekonomian warga yang 'mati' hari ini, juga, aktivitas jual beli PSK pun tampak tak beroperasi. Pantauan ROL di lapangan, seperti di gang Dolly, puluhan wisma akuarium tempat PSK dipamerkan, tampak tutup. Hanya ada banyak pemuda-pemuda, dengan kayu dan besi melakukan penjagaan.

Sementara di Jarak, aktivitas esek-esek pun berhenti total. Biasanya, dentuman musik tak berjeda 'memekakkan' telinga siapa pun yang melintas di kawasan itu. Tapi kali ini, suara adzan dari tiga masjid di lingkungan itu, gagah merambat udara.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement