REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemimpin separatis Ukraina timur, Jumat, mendesak Rusia untuk mengamankan perjanjian gencatan senjata atau mengirim pasukan guna membantu mengatasi pasukan pro-Kiev, seraya memperingatkan bahwa kota kunci yang dikuasi kelompok separatis dapat segera jatuh.
"Jika Rusia tidak mengamankan perjanjian gencatan senjata atau melindungi kami, orang Rusia yang tinggal di sini akan dimusnahkan," kata Igor Strelkov, yang memproklamirkan diri sebagai Menteri Pertahanan dari Republik Rakyat Donetsk, kepada harian Rusia LifeNews yang pro-Kremlin.
"Ini akan terjadi dalam satu pekan, kemungkinan besar dalam dua pekan. Dan Slavyansk akan menjadi yang pertama yang akan dihancurkan," katanya, mengacu kepada kota markas separatis di bagian timur Ukraina.
Strelkov mengecam keengganan Rusia untuk mengirim pasukan ke Ukraina, seraya menambahkan bahwa ia dan teman-temannya sedang bersiap untuk terus bertempur selama diperlukan.
"Rusia tidak ingin membantu (pemberontak) bersatu kembali dengan rakyat mereka," katanya.
"Ini sangat sulit untuk diakui bahwa kami tidak mendapatkan bantuan selama tiga bulan."
Sebelum konflik, Slavyansk, yang terletak di wilayah timur kota industri Donetsk, memiliki populasi sekitar 120 ribu. Tetapi peperangan sengit antara kaum separatis dan pasukan yang setia pada Kiev telah mengubah kota itu menjadi kota hantu.
Warga sipil yang tidak melarikan diri dari Slavyansk sekarang mengalami kekurangan listrik dan air.
"Ya, saya panik menghadapi kondisi ini dan saya takut.
Prajurit saya tewas setiap hari, rumah sakit dipenuhi dengan orang-orang yang terluka," kata Strelkov.
"Sangat sulit untuk melihat anak-anak dengan kaki mereka yang terkena ledakan proyektil. Kami akan terus berjuang tetapi kami benar-benar memerlukan bantuan."
Peperangan antara kaum separatis dan pasukan pemerintah terjadi di Ukraina timur pada pertengahan April setelah aksi rakyat yang menggulingkan presiden yang didukung Moskow, Viktor Yanukovich, pada Februari dan Rusia menduduki Crimea pada bulan Maret.
Rusia menghadapi ancaman sanksi baru dari Barat dan sekalipun Presiden Vladimir Putin telah mengirimkan ribuan pasukan ke perbatasan Ukraina dia sejauh ini tidak melakukan intervensi militer langsung.
Rusia dan Barat terlibat dalam upaya mediasi baru setelah Presiden Ukraina Petro Poroshenko menarik 10 hari gencatan senjata sepihak pada awal pekan ini.