REPUBLIKA.CO.ID, TASMANIA -- Pemerintah hingga saat iimasih melakukan penyelidikan ihwal adanya racun di Teluk Osyter Tasmania. Termasuk menyangkut dampak terhadap biota laut dan sekitarnya.
Namun, Neil Stump dari Dewan Industri Makanan Laut mengatakan, terlalu dini untuk mengetahui dampak penemuan racun tersebut terhadap industri. “Pada tahap ini, levelnya masih terlokalisasi dan secara spesifik hanya akan berdampak pada para penangkar di wilayah teluk ‘Great Oyster’,” terangnya.
Pihak berwenang setempat menjelaskan, para penangkar yang terpaksa menutup bisnisnya berpotensi mengalami kerugian. “Mereka harus menghentikan produksi dan tak bisa menjual produk apapun makanya itu akan berdampak pada mereka secara langsung,” jelas Neil.
Ia menambahkan, belum ada laporan mengenai warga sekitar yang telah mengkonsumsi tiram atau Kerang terkontaminasi. “Mereka masih bisa melakukan panen dan menjualnya ke pasar, namun sebagian besar dari penangkar melakukan pendekatan yang sangat hati-hati terhadap langkah mereka ke depam,” lanjutnya.
Racun yang ditemukan itu berasal dari jenis organisme laut yang sama, yang menyebabkan penarikan global kerang pantai timur Tasmania senilai 23 juta dolar, pada dua tahun lalu. Peringatan tersebut datang pada saat musim ‘scallop’ dan warga diperingatkan untuk tidak mengkonsumsi kerang liar dari wilayang yang terpengaruh.