REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kepala Dinas Cipta Karya Kabupaten Lebak Wawan Hermawan mengatakan pembangunan rumah "Max Havelaar" yang berlokasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Adjidarmo Rangkasbitung bisa mendunia.
"Kami berharap pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana revitalisasi pembangunan bekas rumah Max Havelaar itu," kata Wawan di Rangkasbitung, Senin (7/7).
Ia mengatakan, Max Havelaar seorang Asisten Residen Lebak 1850 yang mengangkat nasib buruk rakyat yang dijajah Belanda. Penindasan terjadi kaum bumiputra di daerah Kabupaten Lebak, mereka diperas oleh para mandor, para demang, dan para bupati.
Mereka keluarga para kuli tinggal di desa-desa sekitar perkebunan secara melarat dan ditindas dengan diperlakukan kurang adil oleh para petugas pemerintah setempat. Karena itu, novel Max Havelaar karya pena Multatuli merupakan bagian sejarah dunia.
Pihaknya berharap rumah bekas tinggal Asisten Residen yang kini kondisi memprihatinkan bisa kembali dibangun dengan bentuk asli seperti tempo dahulu. "Saya yakin jika rumah Max Havelaar itu dibangun kemungkinan bisa mendunia," ujarnya.
Menurut dia, pembangunan rumah Max Havelaar itu manfaatnya cukup besar, selain mendatangkan wisatawan mancanegara juga melestarikan sejarah. Di samping itu, dapat meningkatkan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, akademis tentang karya novel Max Havelaar itu.
"Saya kira pembangunan rumah Max Havelaar harus bisa direalisasikan," ujarnya.
Sementara itu, sejumlah warga Kabupaten Lebak mengatakan bahwa mereka mendukung pembangunan rumah bekas Max Havelaar karena bagian sejarah di Lebak. Novel Max Havelaar itu jangan sampai terjadi di masa kini karena penindasan merupakan bagian penjajahan.
"Kami sangat mendukung pembangunan rumah Multatuli itu dan bisa mengangkat nama Kabupaten Lebak di dunia," kata Ahmad, warga Kabupaten Lebak.