REPUBLIKA.CO.ID,BAGHDAD – Anggota parlemen Irak kembali menunda pemilihan pemimpin baru dalam menghadapi oposisi ISIL di utara dan barat negara tersebut. Para politisi Irak telah didesak untuk bersatu, namun kebuntuan pun masih berlanjut.
Dilansir dari BBC, pemilihan yang dijadwalkan pada Selasa pun ditunda selama sebulan. Sementara itu, Perdana Menteri Nouri Maliki menyatakan jenderal senior, Mayor Jenderal Najm Abdullah al-Sudani tewas dalam pertempuran di barat Baghdad.
Pertemuan parlemen pertama kali digelar pada pekan lalu yang dijadwalkan untuk memilih ketua. Namun sayangnya pertemuan itu hanya berlangsung selama dua jam setelah anggota parlemen dari Kurdistan dan Arab Sunni meninggalkan sidang.
Sebagai pemimpin blok yang memenangkan pemungutan suara pada April lalu, Maliki menuntut haknya untuk membentuk koalisi pemerintahan. Namun, ia pun menghadapi tuntutan para lawan politiknya dari Sunni, Kurdistan, dan Syiah untuk mengundurkan diri karena dinilai tak mampu mengatasi krisis saat ini.
Ulama senior Syiah Irak, Ayatollah Ali al-Sistani, juga telah menyerukan semua partai untuk menyepakati penunjukan sebelum parlemen dilakukan. Sementara itu, Mayor Jenderal Sudani tewas dalam pertempurannya di daerah Ibrahim bin Ali, barat Baghdad dimana pasukan pemerintah berusaha melawan oposisi ISIL yang menduduki kota Falluja dan Ramadi pada Januari.
Pemerintah pusat di Baghdad telah kehilangan kendali dari sejumlah wilayahnya pada bulan lalu. Terakhir, oposisi ISIL pun telah menyatakan membentuk negara khalifah yang meliputi Irak dan Suriah.
PBB menyebutkan setidaknya 2.417 warga Irak, termasuk 1.531 warga sipil telah tewas dalam aksi terorisme pada Juni. Jumlah tersebut tidak termasuk jumlah korban di provinsi barat Anbar, dimana pemerintah Irak menyebutkan terdapat 244 warga sipil tewas.