REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA - Laporan Biro Agrikultur, Sains dan Sumber Daya Ekonomi Australia (ABARES) menunjukkan, Australia merupakan negara kelima terbesar pengekspor sapi dan kedua terbesar pengekspor domba. Laporan ABARES itu diungkapkan Menteri Pertanian Australia Barnaby Joyce, Selasa (8/7).
“Kini kita sudah memiliki laporan dan analisa yang lengkap sehubungan dengan perdagangan ternak ini,” katanya.
“Laporan ini menyatakan bahwa Australia adalah negara kelima terbesar dalam hal ekspor sapi di dunia dan negara terbesar kedua dalam ekspor domba terbesar di dunia,” kata Menteri Joyce.
“Saat ini, kita bersaing dengan 100 negara lain di pasar ini, dan para produsen layaknya bangga dengan tingginya angka permintaan untuk produk ternak kita yang bebas penyakit dan berkualitas tinggi,” katanya.
Menurut Menteri Joyce, sudah lebih dari satu juta ekor ternak yang di ekspor keluar Australia sejak September tahun lalu.
Angka ini mengalami kenaikan 54 persen apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan ABARES juga menunjukkan, pengurangan ekspor ternak tidak akan berdampak secara langsung pada ekspor daging sapi beku maupun kemasan.
Anggota parlemen Australia Andrew Wilkie menyatakan bahwa ekspor daging sapi beku dapat menjadi alternatif daripada mengirim ternak hidup untuk disembelih di luar negeri. Namun pakar ekonomi dari ABARES, Trish Gleeson mengemukakan mengenai adanya suplai daging sapi kemasan yang lebih murah di pasar internasional.
“Brasil dan negara-negara Amerika Latin adalah kompetitor untuk ekspor ternak dan daging sapi,” kata Gleeson.
Sedangkan untuk domba, katanya, Australia bersaing dengan negara-negara di Afrika seperti Sudan dan Ethiopia. Transaksi antar-regional juga terjadi di Timur Tengah dengan negara seperti Arab Saudi yang melakukan ekspor ke negara tetangga.
“Terdapat juga beberapa negara dari Eropa yang mengirimkan ekspor domba dan ternak ke Timur Tengah,” jelas Gleeson.
Gleeson berkata bahwa angka permintaan untuk daging sapi beku dan kemasan telah meningkat.
“Beberapa alternatif pengganti untuk daging sapi kemasan dan ternak hidup telah mulai bermunculan, namun terdapat variasi dari pasar ke pasar.”
Gleeson juga menyebutkan bahwa masih ada kecenderungan untuk memilih ternak hidup, terutama terkait dengan festival agama seperti Idul Adha di Timur Tengah.
Terlepas dari itu, Jurubicara Oposisi bidang Pertanian Joel Fitzgibbon menyatakan bahwa prestasi ini tidak semata mata milik Pemerintah Koalisi.
“Poin utamanya di sini adalah sistem kuota yang diaplikasikan pada Indonesia sudah menurun sebanyak 50 persen semenjak 2011. Hal itu menyebabkan naiknya transaksi perdagangan ke Indonesia,” katanya.