REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sebanyak 900 petempur Kurdi telah memasuki Suriah melalui Turki selama beberapa hari belakangan ini untuk mempertahankan kota yang kebanyakan warganya suku Kurdi di Suriah Utara dari kelompok Negara Islam. Demikian kata beberapa pegiat pada Selasa (15/7).
Petempur Kurdi tersebut memasuki Suriah untuk bergabung dengan kelompok lain Kurdi guna mempertahankan Ein Al-Arab, yang dikenal dengan nama Koban dalam Bahasa Kurdi, dari Negara Islam (IS) --yang petempurnya telah mengepung kota terbesar ketiga di Suriah tersebut. Kebanyakan warga kota itu adalah orang Kurdi.
Menurut laporan tersebut, petempur itu telah tiba di Ein Al-Arab berdasarkan seruan dari Partai Pekerja Kurdistan atau PKK.
''Kejatuhan kota tersebut akan berarti Negara Islam dapat dengan cepat bergerak ke timur ke arah kota lain suku Kurdi di Suriah,'' demikian laporan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta pada Rabu malam.
Orang Kurdi Suriah telah terlibat pertempuran melawan anggota Negara Islam sejak tahun lalu. Negara Islam, yang sebelumnya dikenal dengan nama Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL), telah menguasai banyak wilayah di Irak dan Suriah.
Belum lama ini, kelompok tersebut mengumumkan berdirinya Kekhalifahan Islam di berbagai daerah yang dikuasainya di Suriah dan Irak dan memperpendek namanya hanya menjadi Negara Islam. Kelompok itu menjadi yang paling kuat di antara kelompok mujahidin lain di Dunia Arab.
Orang Kurdi Suriah berjumlah 15 persen dari 23 juta warga negeri itu, kebanyakan dari mereka tinggal di bagian utara negara yang dicabik pertempuran tersebut. Mereka berusaha mempertahankan wilayah mereka bebas dari operasi militer selama konflik di Suriah dan mempertahankan semacam "otonomi".
Namun pertempuan telah berkecamuk di Suriah Utara antara suku Kurdi dan kelompok mujahidin lain, terutama Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al Qaida-- dan belum lama ini melawan Negara Islam. Pertempuran terjadi di semua wilayah Kurdi di Suriah Utara.
Suku Kurdi sejauh ini telah berhasil mempertahankan wilayah mereka di sejumlah daerah tapi mereka merasa terancam oleh berkembangnya kekuatan Negara Islam.