Ahad 20 Jul 2014 20:42 WIB

Laporan dari Gaza (3): Inilah Kondisi WNI di Jalur Gaza.

Red: Maman Sudiaman
Asap mengepul dari sebuah rumah yang terkena serangan rudal Israel di Kota Gaza, Kamis (17/7).
Foto: Reuters/Saleh Salem
Asap mengepul dari sebuah rumah yang terkena serangan rudal Israel di Kota Gaza, Kamis (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ledakan akibat serangan  jet tempur F16 milik Israel begitu dahsyatnya. Bagi siapapun yang baru pertama kali mendengar pasti akan panik dan kalang kabut. Belum lagi rudal itu menghentak ke tanah, getarannya sudah terasa ketika  rudal itu masih melesat di udara.

Kontributor Republika, Muhammad Husein melaporkan, rumah sakit indonesia yang kontruksi bangunannya lebih kokoh  dibanding bangunan bangunan lainnya masih bergoncang hebat. Gincangan kuat itu terjadi saat rudal F16 meledak tak jauh dari rumah sakit. Bangunan yang lokasinya berhadapan dengan lokasi militer Brigade Assyahid Izzudin al Qassam –sayap militer gerakan Hamas- yang berjarak hanya 20 meter berkali kali tergoncang.

Lokasi militer tersebut bernama "jidar". Sudah belasan roket F16 jatuh di lokasi tersebut. Itu artinya, belasan kali pula bangunan rumah sakit Indonesia bergoncang hebat sampai kaca kaca jendela pecah. Bingkai jendela juga terjatuh dan atap atap yang belum lama di pasang harus kembali runtuh. Alhamdulillah selama itu kondisi relawan yang ada di dalam rumah sakit tersebut dalam kondisi baik dan sehat.

Kalau melihat arah target ledakan F16 yang semakin mendekat, tampaknya tidak lama lagi bangunan rumah sakit menjadi korban selanjutnya. Meskipun sudah terpancang dua bendara pusaka berukuran besar di atap bangunan namun hal itu bukan lah jaminan bagi zionis untuk tidak menyerang bangunan ini.

Terbukti bangunan milik Darul Quran (Daqu) Yusuf mansur yang dikelolal oleh Abdillah Onim menjadi target serangan. Meskipun beberapa bendera merah putih juga terpancang diatap bangunan yang  juga rumah Abdillah Onim itu. Saya sempat mengunjungi bangunan Daqu setelah hancur. Kondisinya sangat memprihatinkan.

Memang sedikit wajar untuk bangunan yang baru selesai dibangun ini, karena lokasinya berada di tengah tengah lahan perkebunan yang sering menjadi lokasi peluncuran roket oleh para pejuang palestina. Alhamdulillah, Abdillah Onim dan keluarga tidak terluka karena memang sudah mengungsi sejak hari pertama ke rumah keluarga istri Abdilah Onim.

Selain 19 relawan asal Indonesia (termasuk saya) dan Abdillah Onim, ada satu lagi WNI  yang berada di jalur Gaza. Namanya Rina, wanita asal Cianjur, Jawa Barat yang menikah dengan pria Palestina bernama Ahmad. Rina sudah berada di Gaza sejak setahun lalu dan sudah dikaruniai seorang putra bernama Yahya yang berumur delapan tahun.

Rina tinggal di Kota Gaza yang jauh dari perbatasan. Sekalipun jauh dari perbatasan namun Kota Gaza juga menjadi sasaran serangan udara militer Israel karena pada dasarnya memang tidak ada tempat yang aman di seluruh jalur Gaza luput dari serangan Israel.

Rina terpaksa harus melahirkan anak keduanya dalam keadaan prematur akibat tekanan mental dan ledakan yang kerap mengejutkan si ibu dan si janin. Meski demikan alhamdulillah kondisi Rina dan anaknya sehat. Saya dan beberapa teman relawan beberapa hari yang lalu sempat mengunjungi keluarga mereka di kediamannya. Sambil menjenguk anak indo-gaza yang baru lahir kami juga menyalurkan bantuan dari warga Indonesia yang dikirim melalui yayasan MER-C Jakarta.

Sampai laporan ini diturunkan, tercatat sedikitnya 430 warga Palestina tewas dan lebih dari 3.000 warga mengalami luka. Pembantaian terakhir terjadi beberapa menit yang lalu dimana satu serangan udara beruntun  militer Israel di Desa Syija'iah, Gaza timur menewaskan 60 warga sipil dan melukai 400 warga. Jumlah korban ini masih terus bertambah setiap detiknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement