Rabu 23 Jul 2014 13:36 WIB

Tol Denpasar-Gilimanuk Dinilai Belum Layak

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Bilal Ramadhan
Tol Bali (ilustrasi)
Foto: JASAMARGA
Tol Bali (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR- Pembangunan jalan tol yang menghubungkan kota Denpasar dengan Gilimanuk (Bali Barat) atau ke kabupaten lainnya di Bali, dinilai belum layak. Sebab untuk bisa untung, pengoperasian jalan tol minimal harus dilalui oleh sebanyak 30.000 kendaraan per hari.

Dirut PT Jasamarga Bali Tol (JBT) Akhmad Tito Karim kepada wartawan, di Denpasar, Selasa (22/7) malam mengatakan, untuk embangun jalan tol yang menghubungkan kota Denpasar dengan kota lainnya di Bali perlu ada kajian secara seksama. Karena biasanya, bila ada jalan tol yang berdekatan dengan jalan yang lama, maka hanya sekitar 30 persen saja yang pindah ke jalan tol.

"Karena itu kalau toh jalan tol jadi dibangun, apakah bisa untung. Tapi masalahnya, apa ada investor yang mau menanamkan modalnya jika tidak untung.

Sebagaimana banyak diwacanakan, Pemprov Bali menginginkan dibuat jalan tol yang menghubungkan kota Denpasar dengan beberapa kota lainnya di Bali. Itu ditujukan untuk mengurai kepadatan arus lalu lintas di jalur Denpasar-Gilimanuk.

Untuk saat ini, Pemerintah Pusat memotong jalan di jalur yang melingkar-lingkar dengan membuat jembatan, sehingga jalan menjadi lurus. Dalam acara berbuka puasa bersama para karyawan PT JBT dan para wartawan, Tito menjelaskan kegiatan operasional Jalan Tol Bali Mandara yang menghubungkan Benoa Denpasar-Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua.

Dia mengatakan, bahwa saat ini target 40.000 orang pengguna Jalan Tol Bali Mandara sudah tercapai dengan pemasukan per bulan antara Rp 290 juta-Rp 300 juta. Menghadapi Idul Fitri, Tito mengatakan, tidak khawatir dengan banyaknya penduduk Bali yang mudik ke Pulau Jawa.

Karena kata dia, kendati pun penduduk Bali banyak yang ke luar, para pelancong diyakini akan membanjiri Bali dan pasti akan mencoba Jalan Tol Bali Mandara. "Pasti tetap banyak penggunanya," kata Tito.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement