REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) memperluas wilayahnya. Pada awal Juni lalu, ISIS berusaha merebut kawasan Mosul.

Ratusan ribu warga Irak meninggalkan rumah mereka di Mosul, setelah diserang habis-habisan, dan jatuh ke tangan ISIS. "Situasi kacau di dalam kota, dan tak ada yang membantu kami. Jujur kami takut," kata Umm Karam, pegawai pemerintah, seperti dikutip dari OnIslamnet.

ISIS menguasai kota kedua Irak, Mosul, pada Selasa, 10 Juni 2014. Mereka menyerbu banyak gedung pemerintah, stasiun TV, dan Bank. Sekitar 2.400 tahanan juga dibebaskan, setelah penyerangan.

"Pagi ini kami telah kehilangan Mosul pagi ini," ujar seorang kolonel di sebuah pusat komando militer setempat. Menurutnya, ini keruntuhan total pasukan keamanan.

Sekitar 500 ribu orang pun melarikan diri ke Kurdistan, setelah Mosul dikuasai ISIS. Hanya saja, ISIS meminta mereka kembali. Kemudian, melalui pengeras suara mereka mengumumkan "datang untuk membebaskan kota."

Rakyat menuduh tentara Irak, meninggalkan pos tanpa perlawanan. "Dua komandan darat dan udara pasukan Irak, bersama dengan beberapa pejabat tinggi militer yang datang ke Mosul untuk mengerahkan operasi terhadap kelompok militan, meninggalkan helikopter mereka, lalu pergi ke Irbil melalui jalan darat," ungkap seorang pejabat pemerintah Kurdi.

Tuduhan serupa juga disuarakan oleh Osama al Nujaifi, parlemen Irak dianggap melalaikan tugas.

Menurut pejabat keamanan, pejuang ISIS juga berhasil merebut kota kelahiran Saddam Hussein, Tikrit, pada Rabu, (11/6). ISIS pun berencana memperluas wilayah kekuasaannya hingga Anbar, Ramadi, dan lainnya, sejak Desember lalu.

Ikuti Whatsapp Channel Republika