REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Kelompok Islam State of Iraq and Syria (ISIS) telah memerintahkan, pemisahan antara pria dan wanita di sebuah universitas di Kota Mosul, sebelah utara Irak.
Melansir Al Sumaria News, informasi itu didapat dari sumber yang tak mau disebutkan namanya. Ia mengatakan, ISIS meminta profesor dan dekan di universitas itu datang ke pertemuan dan menetapkan, siswa laki-laki dan perempuan tak boleh dicampur dalam satu kelas.
Mengutip Al Arabiya, (2/8), ISIS juga memutuskan, pada tanggal 1 September akan menjadi hari pertama bagi perguruan tinggi untuk membuka pelajaran mereka. Pengajaran untuk siswa perempuan dimulai sejak pukul 09.00 sampai 14.00 waktu setempat, sedangkan untuk siswa laki-laki dari pukul 14.00 sampai 18.00 waktu setempat.
ISIS mengatakan kepada para profesor dan dekan, kurikulum yang melibatkan ilmu hukum dan politik harus diubah. Sumber anonim itu menambahkan, ISIS meminta perubahan pelajaran tanpa merinci modifikasi apa yang diharapkan.
Kabarnya kelompok tersebut juga memerintahkan agar nama departemen seni rupa diganti menjadi "sketsa dekoratif". ISIS memang tengah menjadi berita utama internasional ketika mereka menyatakan, kekhalifahan Islam pada akhir bulan lalu, dan merebut Mosul, kota terbesar kedua di Irak, pada 10 Juni, dalam serangan kilat.
Pada pertengahan Juli, ISIS dilaporkan menyerukan kepada pemilik toko di Mosul instruksi ketat agar menutupi wajah boneka yang ada di toko mereka. Warga Kristen di Mosul, bahkan harus melarikan diri dari kota itu setelah ISIS memperingatkan mereka agar masuk Islam, membayar pajak atau dihukum mati.
Dikabarkan, kelompok minoritas lainnya seperti Yazidi dan Syiah Turkumen meninggalkan Mosul usai kelompok Sunni berhaluan garis keras itu mengklaim kekuasaan mereka.