Sabtu 02 Aug 2014 22:18 WIB

Jika tidak Ada Klarifikasi Soal Palestina, PMII Ancam Boikot Negara Ini

Rep: c57/ Red: Maman Sudiaman
PMII
PMII

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Aminuddin Ma'ruf, meminta klarifikasi dan komitmen kedutaan besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) dan Inggris terkait permasalahan Palestina.

"PB PMII meminta klarifikasi Kedubes AS dan Inggris terkait isu-isu tentang sokongan dana dan senjata dari negara dan perusahaan-perusahaan besar mereka terhadap Israel," tutur Aminuddin kepada ROL, baru-baru ini.

PMII, ujar Aminuddin, juga mendukung surat terbuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mendesak PBB bertindak tegas.  Jika tidak ada komitmen dari Pemerintah AS dan Inggris untuk menghentikan pasokan dana dan senjata ke Israel serta  tidak ada upaya serius untuk menghentikan serangan Israel, PB PMII menyerukan seluruh kader PMII untuk memboikot produk-produk AS dan Inggris.

PB PMII juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk berdoa bersama menyatakan keprihatinan dan memberi bantuan kemanusiaan untuk para korban di Palestina

PB PMII, papar Aminuddin, juga mendesak PBB, Liga Arab dan Pemimpin dunia untuk bertindak menghentikan serangan Israel di jalur Gaza.  "Tindakan biadab Israel tidak bisa dimaklumi lagi. PBB, Liga Arab dan pemimpin negara-negara dunia harus bertindak nyata menyikapi persoalan kemanusiaan yang dilakukan Israel," tegas Aminuddin.

Menurut Aminuddin, persoalan di Palestina bukan sekadar Israel versus HAMAS. Faktanya, tentara Israel membantai ribuan rakyat sipil, bahkan sekolah PBB pun dihancurkan sampai menewaskan belasan siswa yang belajar di sana. "Komitmen bersama tentang penegakan HAM yang telah diratifikasi negara-negara PBB harus ditegakkan, jangan cuma wacana," ungkap Aminuddin.

Sebagai negara merdeka dan berdaulat, Palestina wajib mendapat perlindungan PBB dari serangan Israel. "Negara-negara anggota PBB harus melakukan embargo militer dan ekonomi terhadap Israel yang telah melanggar HAM," tegas Aminuddin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement