REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Inflasi Juli 2014 sebesar 0,93 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata Juli beberapa tahun terakhir.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri, Tbk, Destry Damayanti mengatakan, inflasi di bulan Juli disebabkan amblesnya Jembatan Comal di Pemalang, Jawa Tengah.
"Inflasi sekitar Jawa Tengah akan tinggi. Ada jalur distribusi di situ," ujar Destry, Senin (4/8).
Mengenai proyeksi inflasi Agustus, Destry mengatakan inflasi sangat bergantung pada aturan Pemerintah mengenai pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Dalam aturan tersebut, waktu penjualan solar bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar umum di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Bali akan dibatasi hanya pukul 08.00 hingga 18.00. SPBU di tol pun tidak akan menjual premium. Destry mengatakan, aturan tersebut sebenarnya berbahaya.
"Apakah pemerintah bisa memonitor serentak. Kalau bertahap, akan timbulkan kebocoran," ujarnya.
Menurut dia, aturan tersebut harus ditindaklanjuti dengan kenaikan harga BBM. Namun, kenaikan harga BBM akan mengerek inflasi.
"Misalnya harga naik 30 persen. Setiap 10 persen naik, inflasi sampai 1 persen. Jadi hampir 3 persen inflasinya," ujarnya.
Kendati demikian, kenaikan harga BBM bila dilakukan pada Pemerintahan sekarang dapat mengurangi beban Pemerintahan yang akan datang. Anggaran subsidi BBM akan menembus 46 juta kiloliter jika BBM tidak segera dibatasi.
"Alokasi anggaran juga bisa lebih jelas," ujarnya.