Oleh: Hafidz Muftisany
Para ahli tafsir menukil yang dimaksud teman sejawat dalam ayat di atas adalah istri.
Jadi, ungkap Imam Ghazali, berkahlah baik kepada istri bukan hanya tidak menyakiti mereka tapi juga sabar menerima keluhan mereka. Termasuk santun saat istri sedang marah atau emosi.
Hal ini dicontohkan Rasulullah SAW saat menghadapi Aisyah RA yang sedang dilanda kesal. Rasulullah bersabda, "Sungguh aku tahu saat engkau marah dan saat engkau ridha." Aisyah berkata, "Bagaimana engkau tahu?"
Rasul berkata "Kalau engkau rela, engkau berkata 'Tidak demi Rabb Muhammad' dan bila engkau marah engkau berkata 'Tidak demi Rabb Ibrahim'," Aisyah mejawab "Benar jika marah aku hanya menghindari namanu."
Ibnul Qayyim menjelaskan, sikap Rasulullah terhadap istrinya adalah bergaul dan berakhlak yang baik. Beliau SAW tak hanya memenuhi kebutuhan lahir istri namun juga memberikan kebutuhan jiwa dengan bercanda, bermesraan, dan memberi perhatian.
Nabi SAW pernah berlomba lari dengan Aisyah, biasa bersandar di pangkuan istrinya sambil membaca Alquran. Minum dari bejana yang sama dengan istrinya.
Syekh Yusuf Qaradhawi berkata, syariat tidak melupakan kebutuhan spiritual. Bahkan, tujuan berumah tangga dalam Alquran surah ar-Rum ayat 21 adalah mendapatkan ketenteraman jiwa. Yang hanya bisa dipenuhi dengan tindakan yang menyentuh jiwa.
Umar bin Khathab yang terkenal keras wataknya berkata, "Seorang laki-laki jika di depan istrinya bersikap manja seperti anak kecil, ketika mencari penghidupan ia bersikap seperti laki-laki sebenarnya."