REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- PT Pertamina (Persero) wilayah Kupang mengalami kesulitan menyalurkan bahan bakar minyak ke sejumlah pulau terluar di perairan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, karena larangan berlayar yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, menyusul cuaca buruk.
"Tanker sudah disediakan, namun belum bisa berlayar untuk mengangkut BBM ke Pulau Sabu dan Rote karena larangan berlayar oleh BMKG, karena cuaca buruk dalam beberapa hari terakhir," kata Sales Eksekutif PT Pertamina Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur, Triasa Ramadani, Jumat (15/8).
Menurut dia, Pulau Sabu dan Pulau Rote yang berbatasan dengan wilayah perairan Australia itu hingga kini masih menjadi target suplai BBM oleh PT Pertamina Cabang Kupang, karena depo pengisian untuk wilayah Nusa Tenggara Timur berada di Kupang. Menurut dia, PT Pertamina Cabang Kupang telah memiliki dua kapal untuk menjadi kapal pengakut dan penyalur BBM ke dua pulau yang merupakan bagain dari kabupaten Provinsi Nusa Tenggara Timur itu.
Meskipun dua kapal pengakut BBM milik pertamina itu merupakan kapal berbobot besi, yang menggantikan kapal berbahan kayu sebelumnya, namun belum berani untuk melakukan pelayaran, hingga menunggu izin pelayaran dari BMKG. "Memang hal ini hanya bersifat administratif namun harus bisa diantisipasi untuk kepentingan keselamatan," katanya.
Perairan di selat Rote dan di laut Sawu, adalah perairan ganas dengan tinggi gelombang yang cukup mengganggu pelayaran. Karenannya, PT pertamina tidak mau mengambil risiko jika cuaca masih buruk dan belum ada izin berlayar dari Administrasi pelabuhan di Kupang. "Kita tunggu saja izin pelayarannya untuk dilakukan suplai BBM ke dua pulau itu," katanya.
Menurut Triasa, untuk Pulau Rote, stok BBM khusus premium yang akan disalurkan sekitar 500 kiloliter atau setara dengan 500 ribu liter. Sedangkan untuk Pulau Sabu, BBM jenis Premium akan disuplai sebanyak 100 kiloliter. Hal ini, kata dia, sudah sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat di dua kebupaten itu.