REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK -- Pemimpin pemberontak baru di Ukraina timur, Donetsk, menyebutkan sekitar 1.200 anggotanya mendapatkan pelatihan militer di Rusia. Alexander Zakharchenko mengatakan mereka dilatih selama empat bulan di wilayah Rusia.
Lanjutnya, para anggotanya yang dilatih itu juga mendapatkan 150 kendaraan tempur, termasuk sejumlah tank. Zakharchenko yang diangkat menjadi perdana menteri Republik Rakyat Donetsk pekan lalu menyampaikan pernyataan itu kepada parlemen pemberontak pada Jumat.
"Saat ini, terdapat beberapa cadangan di koridor (yang menghubungkan pemberontak di Donetsk dan di Luhansk, serta perbatasan Rusia) yakni: 150 unit peralatan militer diantaranya sekitar 30 tank dan sisanya kendaraan tempur dan kendaraan pengangkut personel, serta 1.200 personel yang mengikuti latihan militer selama empat bulan di wilayah Rusia," katanya.
Namun, melalui siaran televisi Kremlin TV, pemimpin pemberontak menolak laporan bahwa sejumlah peralatan tersebut berasal dari Rusia. "Militer Ukraina telah meninggalkan peralatan sangat banyak, tank-tank, pengangkut militer, sejumlah peluncur roket, dan lainnya," katanya.
Lanjutnya sejumlah relawan etnis Ukraina dari Rusia, yang bukan anggota militer, ikut bertempur bersama pemberontak bersama dengan warga Turki, Serbia, Italia, dan Jerman, serta dua warga Rumania.
Sebelumnya, disebutkan adanya laporan yang disalahartikan bahwa Zakharchenko mengatakankan sejumlah kendaraan tengah dalam perjalanan dari Rusia. Rusia pun membantah tuduhan yang menyebutkan bantuan militer untuk para pemberontak telah melintasi perbatasan.
Lebih dari dua ribu warga sipil dan militer tercatat tewas sejak pertengahan April lalu. Konvoi bantuan kemanusiaan besar-besaran dari Rusia pun terhenti di perbatasan Rusia sekitar dua jam dari Luhansk. Mereka menunggu adanya pemeriksaan dari penjaga perbatasan Ukraina.