Oleh: Harun Husein
Keterangan serupa bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah manusia biasa keturunan Nabi Adam, juga dijelaskan dalam hadis lain.
Dari Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari pembalasan Allah akan meminta Adam mengeluarkan keturunannya untuk dimasukkan ke dalam neraka. Adam bertanya ‘Ya Tuhan, siapakah mereka?’ Allah berfirman ‘Sembilan ratus sembilan puluh sembilan ke neraka, satu ke surga.’
Mendengar itu, para sahabat menjadi khawatir dan bertanya ‘Wahai Rasulullah siapakah satu yang akan masuk ke surga?’ Nabi menjawab ‘Jangan berduka cita, sembilan ratus sembilan puluh sembilan adalah Ya’juj dan Ma’juj, sedangkan ka lian adalah satu yang masuk surga’.” (HR Bukhari-Muslim).
Lalu, kalau Ya’juj dan Ma’juj itu manusia biasa, siapakah mereka dan sudahkah mereka terlepas dari kungkungan tembok Dzulqarnain? Dalam Alquran, Imran Husein menjelaskan, Ya’juj dan Ma’juj disebut di dua tempat, yaitu surah al-Kahfi dan al-Anbiyaa.
Surah al-Kahf, selain mengisahkan Dzulqarnain yang membangun tembok besi, juga menyebut sifat Ya’juj dan Ma’juj, yaitu selalu melakukan perusakan (fasad). Sedangkan, surah al-Anbiyaa mengisahkan terlepasnya Ya’juj dan Ma’juj ke dunia. Kesimpulan tersebut diperoleh Imran setelah menerjemahkan dan menafsirkan kembali surah al-Anbiyaa ayat 95 dan 96, dengan lebih hati-hati.
Imran Husein menerjemahkan ayat tersebut sebagai berikut: “There is a ban on a town which we destroyed that they (the people of the town) can never return until Gog and Magog are released and they spread out in all directions.” (Terdapat larangan [diharamkan] pada sebuah kota yang telah kami binasakan bahwa mereka [kaum tersebut] akan pernah kembali sampai Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan dan mereka menyebar ke segala penjuru.”
“Ya’juj dan Ma’juj terhubung dengan sebuah kota, dan terhubung dengan kaum tertentu,” simpul Imran.
Kota apa yang dimaksud oleh ayat itu? Untuk mencari penjelasannya, Imran mengaku memeriksa seluruh hadis tentang Ya’juj dan Ma’juj.
“Ada 58 hadis tentang Ya’juj dan Ma’juj dalam sembilan kitab hadis, tapi hanya satu kota yang disebutkan sehubungan dengan Ya’juj dan Ma’juj. Kota itu adalah Baitul Maqdis, atau Yerusalem,” tandas Imran. Sedangkan, kaum yang dimaksud oleh ayat tersebut, kata Imran, tak lain dan tak bukan, adalah “Kaum Yahudi”.
Tidak terlihatnya lagi tembok Dzulqarnain, meski teknologi modern bisa men-trace setiap jengkal permukaan bumi, menurut Imran, merupakan indikasi bahwa tembok tersebut telah lama runtuh. “Ya’juj dan Ma’juj sudah dilepaskan sejak zaman Nabi,” kata Imran.