REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dalam seni pewayangan dinilai memiliki banyak sisi yang bisa dijadikan sebagai pengingat agar berprilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
"Secara lahiriah, kesenian wayang merupakan hiburan yang mengasyikkan baik ditinjau dari segi cerita, bentuk wujud dari karakter masing-masing tokoh, maupun seni pakelirannya," kata Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Purnomo saat menutup lomba cerita wayang Tingkat SD/MI di Sleman, Selasa (19/8).
Menurut dia, dalam ketiga hal tersebut juga terkandung nilai-nilai moral yang "adiluhung" sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tuntunan dalam kehidupan sehari-hari. "Unsur-unsur pendidikan maupun nilai-nilai moral dalam seni pewayangan sering kali ditampilkan dalam bentuk 'pasemon' atau perlambang," katanya.
Karena itu, Purnomo menilai sampai dimana seseorang dapat memahami nilai-nilai tersebut tergantung dari kemampuannya dalam menghayati dan mencerna bentuk-bentuk simbol atau lambang dalam pewayangan. "Cerita dan karakter tokoh-tokoh yang ada dalam seni pewayangan merupakan cerminan kehidupan kita sehari-hari," katanya.
Ia mengatakan, cerita wayang bukanlah cerita yang sederhana namun penuh makna. "Sebagian besar isi cerita dalam seni pewa?yangan adalah gambaran konflik antara pembela kebenaran dan pengacau tatanan kehidupan," katanya.
Ironisnya, kata dia, pada saat ini seni wayang mulai ditinggalkan oleh masyarakat, terutama generasi mudanya. Padahal bangsa lain mulai tertarik dan mempelajarinya sebagai budaya yang unik dan langka. "Karena itu pemilik seni pewayangan sudah menjadi kewajiban kita bila kita perlu menjaga aset budaya yang merupakan jati diri bangsa tersebut," katanya.
Ia mengatakan, dengan lomba cerita wayang tingkat SD dan MI ini, diharapkan agar generasi tunas bangsa dapat menggemari dan menghayati budaya tradisional, serta mengambil suri tauladan yang kemudian bisa diinternalisasikan dalam kehidupannya.