REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Warga di berbagai daerah di Kabupaten Majalengka mengeluhkan langkanya gas elpiji ukuran tiga kilogram. Jikapun ada, harganya jauh melambung. Sejumlah warga akhirnya memilih beralih menggunakan kayu bakar.
"Hampir dua minggu gas tiga kilogram langka,’’ ujar seorang warga Desa Cipeundeuy, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, Nur'aeni (55), akhir pekan kemarin.
Nur’aeni menuturkan dirinya sudah berkeliling ke berbagai toko dan warung untuk mencari gas elpiji tiga kilogram, tapi hasilnya nihil. Dia pun sudah hampir dua minggu menitipkan tabung di toko gas langganannya, namun hingga sekarang tetap belum bisa diambilnya.
"Kata pemilik tokonya, pasokan gas belum datang-datang," terang Nur’aeni.
Nur’aeni menambahkan, jikapun ada warung yang menjual gas, harganya melambung hingga Rp 27 ribu per tabung. Padahal, dalam kondisi normal, harga gas elpiji tiga kilogram hanya Rp 15 ribu per kg.
Nur’aeni mengaku sangat direpotkan dengan kelangkaan gas. Sebagai ibu rumah tangga, dia tidak bisa memasak makanan untuk keluarganya. Karena itu, dia akhirnya memilih menggunakan kayu bakar untuk memasak.
Tak hanya murah, terang Nur’aeni, kayu bakar di desanya juga sangat mudah diperoleh. Apalagi dalam kondisi musim kemarau seperti sekarang, kayu bakar bisa menyala tanpa butuh minyak tanah. Hal serupa juga dilakukan para warga lain di desanya.
"Hemat dan mudah diperoleh. Tapi memang tidak praktis seperti masak pakai kompor gas," tutur Nur’aeni.
Salah seorang pemilik agen tabung gas, Hawa Sofyanti (50), mengaku tidak mengetahui penyebab langkanya gas. Menurutnya, sudah seminggu terakhir tidak ada kiriman gas ke tempatnya.
Hawa menjelaskan, setiap hari banyak warga yang berdatangan menanyakan gas elpiji tiga kilogram. Namun, mereka harus pulang dengan kecewa karena di tempatnya memang tidak ada stok gas elpiji yang tersisa.