REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE --- Kepala manajemen perikanan kawasan Pasifik Tengah dan Barat, Profesor Glen Hurry mengatakan tanpa adanya kesepakatan internasional kemungkinan besar stok ikan tuna di kawasan itu akan habis.
Prof Glenn Hurry yang berasal dari Australia ini mengatakan tuna jenis bluefin dan bigeye seharusnya tidak lagi ditangkap. Alasannya jelas, stok jenis ikan ini di lautan betul-betul sudah menipis.
Dia juga memperingatkan perlunya "aksi serius" guna mengurangi penangkapan tuna yellowfin. "Tuna yellowfin sekarang tinggal 38 persen dari stok yang ada," kata Prof Hurry yang segera akan mengakhiri jabatannya sebagai kepala manajemen perikanan Australia bagi kawasan Pasifik Tengah dan Barat (WCPFC).
"Tuna bigeye sekarang tinggal 16 persen," jelasnya. "Yang harus dilakukan adalah menghentikan penangkapan ikan tersebut dan menunggu sampai stoknya pulih kembali."
Menurut Prof Hurry situasi tuna bluefin lebih kritis dimana populasi ikan tersebut di kawaaan Pasifik tinggal 3 sampai 4 persen. "Di level ini, seharusnya tidak lagi dilakukan penangkapan," ujarnya, baru-baru ini.
Menurut Hurry, persoalannya adalah bahwa sekarang ini terdapat begitu banyak kapal penangkap ikan - sedikitnya 300 buah - yang dilengkapi dengan peralatan radar canggih.
Hurry menambahkan bahwa kuota jumlah maksimum kapal penangkap ikan ini sudah terlampau sekitar 10 tahun lalu.
Bulan Desember mendatang di Samoa, 33 negara tergabung dalam WCPFC akan bertemu guna membahas tindakan bersama yang bisa dilakukan.