Kamis 04 Sep 2014 06:00 WIB

Subsidi BBM Tidak Ada?

Rep: c87/ Red: Erdy Nasrul
Seorang pengunjuk rasa menyindir pemerintah dengan menerbangkan pesawat kertas saat sekitar 10.000 pengunjuk rasa dari melakukan aksi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (21/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Seorang pengunjuk rasa menyindir pemerintah dengan menerbangkan pesawat kertas saat sekitar 10.000 pengunjuk rasa dari melakukan aksi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (21/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator jaringan advokasi tambang (Jatam), Hendrik Siregar, menilai produksi minyak di Indonesia semakin menurun.

Dari yang dulunya dikatakan bisa memproduksi tiga juta barel saat ini hanya 800 ribu - 850 ribu barel per hari.

Padahal kebutuhan BBM mencapai 1,4 juta barel per hari. Pemerintah kemudian melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi BBM.

Padahal kilang di Indonesia ternyata bisa memproduksi 1,2 juta barel. Namun pada enam kilang hanya memproduksi masing-masing 600 ribu barel.

Hendrik menilai subsidi itu tidak ada, karena ada margin dari produksi dengan kebutuhan. Saat itu produksi minyak 1 juta barel per hari.

Sementara kebutuhan saat itu hanya 800-900 ribu barel. Selain mampu dicukupi, masih ada margin dari keuntungan perjualan.

Menurutnya, tidak ada istilah subsidi, karena Indonesia masih bisa produksi. Sehingga agak aneh jika melihat angka subsidi BBM saat ini Rp 290 triliun.

Menurutnya, paling tinggi subsidi BBM hanya 30 triliun. "Ini jebakan sekali. Jangan-jangan ini hanya jebakan untuk memaksa pemerintah menaikkan harga BBM," imbuhnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement