Ahad 07 Sep 2014 21:34 WIB

BBM Dinaikkan, Ini Dampak Bagi Pertanian

Antrean BBM di SPBU (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Antrean BBM di SPBU (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah perlu melakukan analisis per sektor kepada berbagai aspek yang akan terkena dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Pengurangan subsidi BBM memang mendesak dilakukan, dampaknya pasti ada kenaikan harga. Pemerintah harus melakukan analisis risiko terhadap sektor yang terkena dampak langsung,"kata Kepala Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Tomy Perdana, Ahad (7/9).

Ia mengatakan, sektor pertanian membutuhkan upaya mitigasi, dengan memberikan kompensasi kenaikan BBM pada sektor pertanian. Terutama petani perlu mendapat berbagai program peningkatan efisiensi dan produktivitas melalui introduksi teknologi tepat.

Kenaikan ini menurut Tomy tentu saja akan menaikan biaya produksi dari produk pertanian seperti kenaikan harga berbagai agroinput pertanian yakni benih, pupuk dan pestida. "Kenaikan tersebut terjadi karena perubahan harga BBM akan meningkatkan biaya produksi dan biaya logistik pada industri agroinput," katanya.

Selain pada industri agroinput, kenaikan hasil produksi pertanian juga dikarenakan dampak sektor lain seperti logistik pada pertanian. Ada peningkatan biaya pengolahan lahan yang menggunakan traktor serta biaya logistik dari kebun sampai ke pasar.

Kenaikan biaya produksi pertanian ini menurut Tomy tidak diimbangi dengan meningkatnya harga yang ada di konsumen yang mengakibatkan keuntungan petani akan mengalami penurunan. "Akibatnya dalam kurun waktu tertentu, keuntungan petani akan mengalami penurunan sehingga kesejahteraan petani akan mengalami penurunan," kata Tomy.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut menurut dia, para petani harus meningkatkan efisiensi produksi dan produktivitas pertaniannya dengan menyesuaikan penggunaan SOP budidaya sesuai dengan yang diminta pasar. "Penggunaan agroinput yang tepat, seperti pupuk organik yang berada di sekitar pedesaan setempat akan meningkatkan efisien, meningkatkan produktivitas, dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar," katanya.

Mengenai kondisi pertanian Indonesia, menurut Tomy kini sedang dihadapkan pada berbagai tantangan seperti produk impor, perdagangan bebas, dan perubahan iklim yang turut pula berdampak pada kinerja pertanian Indonesia. Salah satunya terjadi pada kinerja industri gula, hortikultura, peternakan dan pangan sehingga beberapa program swasembada gagal mencapai target.

Fenomena itu dikarenakan tidak adanya ikatan dari pengembangan subsektor hulu dan hilir, termasuk pada pasar.

"Dari mulai benih dan agroinput lainnya, infrastruktur tidak terpelihara dan rusak, biaya logistik pertanian tinggi, kehilangan pascapanen tinggi, dan lainnya," katanya.

Pertanian merupakan sektor strategis dan sangat prospektif bagi perekonomian Indonesia karena memanfaatkan sumberdaya lokal yang tersedia untuk konsumen dalam dan luar negeri. Potensi itu harus digali pada berbagai elemen agar terjadi kolaborasi yang sejalan agar dunia pertanian Indonesia ini menjadi sukses baik kualitas maupun kuantitas.

"Kunci keberhasilan pertanian Indonesia adalah mengkombinasikan strategi ketahanan pangan dan daya saing agar produk pertanian Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat indonesia," katanya menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement