REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK—Kasus kicauan pemilik akun @kemalsept yang menghina Kota Bandung dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menjadi peringatan agar ada etika berselancar di dunia maya.
"Jangan mengatakan atau berperilaku kepada orang lain sesuatu yang kita tidak ingin mendengarkan atau diperlakukan oleh orang lain," terang pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati, Senin (8/9).
Dosen Vokasi UI ini menilai, pengguna media sosial sering kali salah memahami bahwa media sosial dijadikan diary yang sifatnya pribadi. Padahal dari asal katanya, yaitu media sosial, menunjukkan bahwa medium ini digunakan untuk medium umum.
"Mengingat medsos merupakan lautan umat, semua orang bisa berada di sana, kita akan sulit mengontrol respon orang terhadap sikap kita," kata Devie.
Yang perlu diperhatikan, kata dia, adalah mengenai etika berinternet (Netiquitte). Prinsipnya, berkomunikasi di ruang publik harus memperhatikan falsafah dasar komunikasi. Dia berpesan pada generasi muda yang kerap tersandung masalah akibat kasus seperti ini untuk lebih berhati-hati jika meluapkan kicauan.
"Yang perlu dipahami bagi generasi muda, media sosial saat ini telah menjadi etalase pribadi kita. Dan dunia sudah semakin telanjang dengan adanya media sosial," ujar Devie.