REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan misi AS mengalahkan ISIS bukanlah merupakan tindakan perang. Namun, langkah yang diambil merupakan tindakan konter-terorisme.
"Yang kami lakukan merupakan operasi konter-terorisme yang sangat penting, dan akan berlanjut untuk beberapa waktu. Jika orang lain mengira hal ini merupakan perang, mereka boleh saja mengira begitu. Tetapi faktanya, ini merupakan operasi konter-terorisme yang akan membawa banyak perubahan," katanya, seperti dilansir dari Time.
Pernyataan Kerry ini disampaikan setelah Presiden Obama menyatakan akan memperluas serangan udaranya terhadap ISIS. "Kami akan mengalahkan dan menghancurkan ISIS menggunakan strategi konter-terorisme," katanya. (Baca: Ini Video 'Jihadis Amerika' di Suriah yang Mengaku Berjuang untuk Demokrasi)
Selama ini, AS telah melancarkan serangan udaranya terhadap ISIS sebanyak 150 kali. Dan untuk pertama kalinya, Obama menyatakan tak hanya akan menyerang ISIS di Irak, namun juga di Suriah.
Sementara itu, Kerry saat ini tengah mengunjungi Timur Tengah untuk menggalang dukungan koalisi internasional melawan ISIS. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyatakan dukungan penuhnya terhadap Obama.
"Kini kelompok ini harus dilawan, mereka harus dikalahkan. Itulah mengapa Israel sepenuhnya mendukung seruan Presiden Obama untuk bersatu melawan ISIS," katanya.
Meskipun begitu, penasehat pers Presiden Suriah Bashar al-Assad, Bouthaina Shaaban, mengatakan pemerintah Suriah menilai strategi Obama lemah. Ia mengatakan rencananya tersebut belum kuat dan menyatakan siap untuk bekerja sama. "Namun jika serangan dilakukan tanpa seizin kami, kami akan menganggapnya sebagai agresi," katanya.
Sedangkan, sekutu Assad, Rusia mengecam langkah AS di Suriah tanpa dukungan dari PBB. "Langkah ini, tanpa adanya keputusan Dewan Keamanan PBB, akan menjadi tindakan agresi, pelanggaran hukum internasional," kata juru bicara kementerian Rusia Alexander Lukashevich.
Di tempat lain, CIA menyebutkan jumlah anggota ISIS telah mencapai 20 ribu hingga 31 ribu anggota. Angka ini tiga kali lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya.
"Angka ini menunjukan peningkatan jumlah anggota karena kuatnya proses rekrutmen sejak Juli lalu," kata juru bicara CIA.