Senin 15 Sep 2014 01:08 WIB
Jadi Calon Ketum Golkar

Priyo: Ini Kehendak Alam yang Tidak Bisa Dibendung

 Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Priyo Budi Santoso (kanan) melambaikan tangan disela-sela silaturahmi keluarga besar partai Golkar propinsi Jatim, di Surabaya, Ahad (14/9). (Antara/M Risyal Hidayat)
Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Priyo Budi Santoso (kanan) melambaikan tangan disela-sela silaturahmi keluarga besar partai Golkar propinsi Jatim, di Surabaya, Ahad (14/9). (Antara/M Risyal Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, Surabaya -- Ketua Umum Musyawarah Kekeluargaan dan Gotong Royong (MKGR) Priyo Budi Santoso, mendeklarasikan diri maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar, Ahad (14/9). Priyo mengatakan ia layak untuk memimpin partai berlambang pohong beringin itu.

Saat melakukan deklarasi pencalonan sebagai Ketua Umum Partai Golkar di Surabaya, Priyo optimis mampu melakukan konsolidasi seluruh kader Partai Golkar se-tanah air. "Saya punya energi untuk datang ke seluruh jenjang mesin partai mulai dari tingkat provinsi, kabupaten dan kota," ujarnya.

Ia pun mengatakan, saat ini partai politik tidak harus selalu dipimpin oleh tokoh golongan tua. Menurutnya kriteria sebagai sebagai seorang ketua umum Parpol selain didasari kemapanan, juga seorang pimpinan harus energik dan populis, dan ia mengklaim hal itu dimilikinya.

Priyo melanjutkan, Ketua Umum Partai Golkar harus  memiliki energi besar untuk mengonsolidasikan struktur Golkar di akar rumput. Sebab Golkar dikenal mempunyai mesin politik yang kuat yakni para kader di wilayah-wilayah hingga pusat.

"Maka tidak boleh tidak, Partai Golkar ke depan harus memaksimalkan kader-kader dan aktivitas struktur partai di desa-desa. Perubahan ini harus diperhatikan oleh Partai Golkar agar bisa menjadi Parpol pemenangan di Pemilu 2019 mendatang. Ini kehendak alam yang tidak bisa dibendung," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement