REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG-- Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, KH Sholahudin Wahid atau Gus Sholah, mengaku menerima keluhan dari keluarga Saiful Priatna, salah seorang terduga jaringan ISIS yang ditangkap di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
"Orang tuanya telepon dan bilang jika anak itu selalu di rumah. Orang tuanya juga tidak yakin (anaknya terlibat ISIS)," katanya saat dikonfirmasi di Jombang, Kamis.
Ia mengatakan, orang tua Saiful Priatna juga mengeluhkan jika sampai sekarang mereka belum bisa bertemu dengan anak mereka. Pihak keluarga, lanjut dia, berharap secepatnya bisa bertemu dengan anak itu, sehingga bisa memastikan kebenaran dari kabar anggota keluarga mereka yang diduga terlibat kelompok radikal Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Gus Sholah juga berjanji akan mencoba jika diminta keluarga untuk menjadi mediator guna mempertemukan orang tua Saiful Priatna dengan anak tersebut. Namun, ia juga mengerti jika polisi pun memerlukan waktu untuk mengungkap jaringan kelompok radikal itu.
Gus Sholah juga tidak menampik jika Saiful Priatna dulu pernah mengenyam pendidikan di PP Tebuireng, Jombang. Yang bersangkutan diketahui pernah belajar di pondok pada tahun 2000. "Ia masuk di Tebuireng pada tahun 2000, tapi hanya satu tahun dan ia masuk ke kelas satu aliyah (madrasah aliah/ setingkat sekolah menengah atas)," ungkap Gus Sholah.
Adik kandung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid ini juga tidak mengetahui terlalu mendetil tentang pribadi santri tersebut. Selain hanya satu tahun belajar di pondok, ia juga sudah cukup lama, sudah 13 tahun lalu. Ia mengatakan, dalam tempo waktu yang cukup lama, rentang 13 tahun, hal apapun bisa terjadi, misalnya terpengaruh orang lain ataupun jaringan kelompok tertentu.
Densus 88 Antiteror Polri menangkap warga yang diduga kelompok jaringan ISIS. Mereka ditangkap pad Sabtu (13/9) dini hari, dan mengamankan tujuh warga, yakni tiga WNI dan empat WNA. Mereka menuju Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Tiga Warga Palu yang membawa empat warga Turkistan yaitu M Irfan, Saiful Priatna alias Ipul, dan Yudit Chandra alias Ichan. Mereka ditangkap bersama empat warga Turkistan, bernama Abdul Basyit, Ahmed Bozoghlan, Atlinci Bayram, dan Alphin Zubai.
Mereka diduga kelompok jaringan Santoso. Keterkaitan dengan kelompok jaringan Santoso, karena mereka melakukan fa'i (menguasai harta kekayaan milik orang yang dianggap kafir tanpa peperangan) untuk kelompok jaringan tersebut, yaitu pencurian sepeda motor.