REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Badan Akuntan Profesional Australia (CPA) mengatakan bahwa hampir 30 persen perusahaan Australia yang go public berada dalam posisi rentan dari sisi keuangan.
Analisa yang dilakukan oleh CPA terhadap 16 ribu laporan tahunan menunjukkan bahwa keadaan sekarang lebih buruk dibandingkan dengan menjelang krisis keuangan global di tahun 2009.
Penelitian yang dilakukan antara tahun 2005 dan 2013 mengatakan bahwa perusahaan yang rentan ini karena dua alasan: berakhirnya boom di bidang investasi mineral di Australia dan menurunnya pertumbuhan ekonomi di China.
Direktur Eksekutif CPA Australia Alex Malley, penemuan ini bisa menjadi pengingat yang tepat saat ini bahwa banyak perusahaan Australia yang sedang menghadapi masalah. "Kita sudah membicarakan mengenai kemungkinan dampak penurunan pertumbuhan di China, kuatnya dolar Australia dan menurunnya booming di bidang mineral dalam beberapa waktu belakangan." kata Malley, baru-baru ini.
perusahaan publik dalam kondisi rentan dari sisi keuangan." width="631" height="488" />
"Sekarang laporan yang dibuat berdasarkan kinerja semua perusahaan go public di Australia, menunjukkan berbagai faktor ekonomi ini dirasakan oleh semua perusahaan, dan membuat hampir 30 persen berada di jurang krisis keuangan."
"Ini menimbulkan pertanyaan bagaimana ekonomi kita akan bereaksi bila terjadi krisis keuangan dunia lagi seperti yang terjadi di tahun 2009." kata Malley.
Menurut penelitian etrsebut, perusahaan yang mengkhawatirkan sebagian besar di sektor energi dan pertambangan, dengan lebih dari 40 persen beresiko di tahun 2013.
Laporan ini muncul di saat semakin banyak bukti yang menunjukkan perekonomian China melambat lebih cepat dari perkiraan dan target sebelumnya yang ditetapkan oleh pemerintah China sebesar 7,5 persen mungkin tidak akan tercapai.
Perusahaan tambang Australia terutama yang bergerak di bidang tambang biji besi (ore) menghadapi banyak masalah dengan harga biji besi sekarang ini terendah dalam lima tahun terakhir, yaitu $ 79 dolar per ton.