REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhir bulan ini akan mengakhiri masa jabatannya. Meski sudah tidak lagi menjadi RI-1, namun SBY dinilai masih memiliki pengaruh kuat di Partai Demokrat.
Pengaruh SBY di tubuh Partai Demokrat mulai menjadi pertanyaan dalam pengesahan Undang-Undang (UU) Pilkada oleh DPR. Fraksi Partai Demokrat tak menjalankan istruksi SBY untuk mendukung pemilihan kepala daerah langsung dengan melakukan walk-out pada sidang paripurna.
"Kalau soal pengaruh, kekuatan SBY belum tergoyahkan di Partai Demokrat," kata Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti, Rabu (1/10).
Ray menjelaskan, posisi SBY sebagai Ketua Umum merupakan salah satu jaminan kekuatan di internal partai. Menurutnya selama SBY menjabat sebagai Ketua Umum, tidak akan ada anggota partai yang membelot.
"Saya kira kesetiaan Demokrat (kepada SBY) adalah kesetiaan yang sebenarnya, bukan sandiwara," ujarnya.
Dengan dinamika yang ada di internal partai saat ini, Ray menilai pengaruh SBY akan tetap langgeng. Sebab, SBY masih memegang kendali kebijakan partai sebagai ketua umum.
"Ya minimal satu tahun lagi. Setelah itu, saya tidak bisa prediksi," katanya.