REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Warga Gaza merayakan Hari Raya Idul adha di tengah puing-puing reruntuhan perang bekas serangan Israel. Pada Sabtu (4/10) pagi waktu setempat, mereka menggelar shalat dan doa bersama yang dilanjutkan ziarah ke makam kerabat.
Thabet al-Hamami mendirikan sebuah tenda di depan reruntuhan rumahnya yang menjadi korban di antara 60 ribu bangunan lain yang hancur. Dia masih sempat menawarkan permen kepada sanak saudara, serta teman-teman yang lewat di depan tendanya.
"Kami tetap merayakan Hari Raya ini, tidak peduli apa," kata putra Hamami, Naeem seperti dilansir dari Daily Star, Sabtu (4/10).
Di Distrik Gaza Timur, Shejaiya, dimana seluruh blok apartemen rata akibat pengeboman, anak-anak berkumpul untuk menyaksikan penyembelihan hewan kurban. Mereka hanya bisa memotong dua ekor domba dan seekor sapi yang berasal dari sumbangan amal. Daging itu akan didistribusikan kepada warga miskin di sekitar pantai.
Jalur Gaza adalah rumah bagi 1,7 juta warga negara Palestina yang luasnya hanya 362 kilometer per segi. Ini menjadi salah satu wilayah dengan penduduk paling padat di planet ini.
"Situasi ekonomi mengerikan," kata Karam al-Batsh, yang menjalankan sebuah lembaga amal dan ikut menyumbangkan domba untuk kurban.
Sabtu tadi, ribua warga Gaza menuju ke masjid untuk shalat Idul Adha. Mantan Perdana Menteri Hamas Ismail Haniyeh juga menyampaikan pidato yang menekankan perlunya membangn kembali Gaza. Dia berjanji Hamas akan terus meningkatkan resistensinya sampai lahan mereka dibebaskan dari kependudukan paksa Israel.