REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah dan otoritas moneter menyatakan kondisi stabilitas sistem keuangan pada triwulan III-2014 masih solid. Padahal Indonesia mengalami sentimen global dan domestik yang mempengaruhi fluktuasi pasar keuangan.
Hanya saja Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) mewaspadai faktor risiko dari perkembangan kondisi global. Kemenkeu, BI, OJK dan LPS akan terus memantau faktor-faktor risiko tersebut dan mendorong anggotanya untuk secara individu dapat merespons dengan mengeluarkan kebijakan yang tepat sesuai kewenangannya.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, meningkatnya Fed Funds Rate nyata dan lebih awal dari yang diperkirakan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Indonesia harus memperbaiki struktural ekonomi. Ia mengatakan, fundamental ekonomi Indonesia perlu ditingkatkan untuk menjaga inflasi dan memperbaiki defisit transaksi berjalan.
"BI siap berpartisipasi dengan bauran kebijakan dengan lembaga lain untuk merespons kondisi yang ada," ujarnya.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan, OJK mengantisipasi sentimen global dan domestik dengan melihat kesiapan individu lembaga keuangan. "Kita banyak melakukan stress test," ujar Muliaman. Ia meyakinkan bahwa kondisi stabilitas sistem keuangan masih terjaga baik.
Muliaman mengatakan, OJK terus mengawasi setiap individu lembaga keuangan. Hal yang paling diperhatikan adalah likuiditas dan kecukupan modal. Ia mengatakan, masing-masing lembaga keuangan harus memiliki repsons kebijakan yang memadai untuk menghadapi tekanan yang diperkirakan terjadi pada 2015.
Tekanan dari global juga akan diantisipasi dengan pendalaman pasar keuangan dan pasar modal. "Kita ingin jumlah emiten tambah dan pasar surat utang lebih baik sehingga bisa menjadi buffer," ujarnya. Sehingga pembiayaan jangka panjang dapat berasal dari pasar modal.