REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Modernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI terus dilakukan. Untuk TNI AD, dalam beberapa tahun ke depan akan diperkuat helikopter AH-64D Apache Longbow. Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, pengadaan helikopter serang buatan Amerika Serikat tersebut segera memperkuat jajaran TNI AD.
"Apache, sudah berjalan. Uang muka sudah ada, uang cicilan sudah ada. Sudah kontrak, semoga terpenuhi pada 2019, sebanyak delapan unit," ujar Moeldoko di Markas Koarmatim pada akhir pekan lalu.
Menurut dia, pengadaan helikopter AH-64D Apache Longbow sudah masuk ke dalam rencana strategis (Renstra) II pada 2015-2019. Dia berharap, pemerintahan baru nanti ikut mendukung penguatan alutsista TNI. Dengan begitu, lima tahun lagi delapan unit helikopter serang terbaik di kelasnya itu bisa semakin meningkatkan daya gentar TNI dalam menjaga kedaulatan NKRI.
"Apabila pemerintahan baru tidak mengubah kebijakan. Kalau dilanjutkan terus, ini bisa dipenuhi," kata mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD) itu.
Moeldoko juga menyinggung bakal terjadi pergantian pesawat F-5 Tiger milik TNI AU. Menurut dia, jet tempur buatan negeri Paman Sam itu sudah tidak layak pakai lantaran teknologinya sudah ketinggalan zaman. Karena itu, sedang dikaji oleh Mabes TNI AU beberapa pesawat sejenis yang akan dibeli dalam waktu segera untuk menjaga wilayah udara Indonesia.
Moeldoko menyatakan, terdapat tiga opsi sebagai pengganti F-5 Tiger, yaitu pesawat buatan Rusia, Swedia, dan AS. "Untuk udara, ada pengajuan penggantian F-5. Sukhoi Su-35 menjadi pilihan pertama, Saab JAS 39 Gripen pilihan kedua, dan pesawat F-16 pilihan ketiga," kata mantan wakil gubernur Lemhannas itu.
Sedangkan untuk TNI AL, Moeldoko menyebut, saat ini sedang dilakukan pembuatan tiga kapal selam Changbogo buatan Daewoo Shipbuilding, Korea Selatan. Karena dilakukan transfer of technology, maka satu kalap selam dibuat di PT PAL. Dia mengharapkan, rencana itu berjalan sesuai target dan 2017, tiga kapal selam baru bisa memperkuat jajaran TNI AL.
"Saya yakin kemampuan TNI di kawasan semakin diperhitungkan, walapaun baru 30 persen dalam konteks MEF (minimum essential forces), perubahan ini sangat signifikan. Kalau kapal selam datang, pasti memiliki daya gentar," ujar Moeldoko.