REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sore nanti, gerhana bulan nanti akan tampak. Seperti apa proses gerhana bulan itu terjadi, berikut penjelasan Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) seperti dikutip ROL dalam blog pribadinya, tdjamaluddin.wordpress.com, Rabu (8/10)
“Bloodmoon” menjadi istilah media yang dikaitkan dengan gerhana bulan total yang menampakkan bulan berwarna merah darah, khususnya pada rangkaian empat gerhana bulan total 15 April 2014, 8 Oktober 2014, 4 April 2015, dan 28 September 2015. Seperti apa gerhana 8 Oktober 2014? Berikut ini rangkaian gerhana dari situs NASA dan hasil simulasi Stellarium:
Situs NASA memberikan informasi kejadian gerhana bulan 8 Oktober dimulai dengan fase gerhana sebagian mulai pukul 16:15 WIB, disusul fase total mulai 17:25 – 18:24 WIB, dan diakhiri dengan fase gerhana sebagian lagi sampai pukul 19:34 WIB. Dari waktu tersebut, jelas hanya Indonesia Timur yang bisa mengamatinya secara penuh. Di wilayah Barat Indonesia, ketika bulan terbit saat maghrib gerhana total sedang berlangsung.
Gerhana bulan diamati di ufuk Timur.
Gerhana diawali dengan tertutupnya bagian bawah bulan oleh bayangan bumi pada pukul 16:15 WIB (18:15 WIT). Hanya wilayah sekitar Papua yang bisa mengamatinya awal gerhana ini. Pada pukul 16:40 WIB (18:40 WIT), hampir setengah bagian bawah bulan akan gelap. Menjelang gerhana total, pada pukul 17:10 WIB (19:10 WIT), purnama hanya tersisa bagian kiri atas:
Gerhana bulan total mulai pada pukul 17:25 WIB (19:25 WIT) sampai pukul 18:40 WIB (20:40 WIT). Purnama menjadi lebih gelap. Dalam kondisi tertentu bisa menampakkan bulan berwarna merah. Mengapa bisa berwarna merah? Cahaya matahari yang mengenai bulan memang tertutup oleh bumi, tetapi atmosfer bumi masih membiaskan cahaya merah dari matahari itu sehingga bulan tidak gelap total. Hal itu mudah dijelaskan kalau kita melihatnya dari bulan. Astronot di permukaan bulan, saat itu sedang menyaksikan gerhana matahari oleh bumi. Bumi tampak di kelilingi cahaya kemerahan akibat atmosfer yang membiaskan cahaya merah dari matahari. Cahaya biru dari matahari dihamburkan oleh atmosfer bumi.
Setelah fase gerhana bulan total, disusul fase gerhana sebagian sampai akhir gerhana. Purnama mulai tersibak dari sisi kiri bawah dan akhirnya bayangan bumi mulai meninggalkan purnama dari sisi kanan atas.
Seluruh proses gerhana berakhir pada pukul 19:34 WIB (21:34 WIT).
Bagi pengamat di wilayah Barat Indonesia tidak harus kecewa karena tidak bisa mengamati proses gerhana secara penuh. Ada keuntungan lain yang bisa diperoleh para pengamat, khususnya para penggemar astrofotografi. Gerhana bulan dekat ufuk Timur memberikan peluang yang bagus untuk disandingkan dengan objek latar depan yang indah, misalnya monas di Jakarta, jembatan layang Pasupati di Bandung, Borobudur atau Prambanan di dekat Yogyakarta.