Sabtu 11 Oct 2014 23:50 WIB

"Yang Menikah Muda" Sabet Juara 1

Proses pembuatan 'Yang Menikah Muda'
Foto: doc pribadi
Proses pembuatan 'Yang Menikah Muda'

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Film dokumenter "Yang Menikah Muda" karya pelajar Purbalingga berhasil menyabet juara 1 kategori pelajar Kompetisi Plan Indonesia 2014.

Film yang disutradarai Dinda Putri Hapsari ini berhasil mengungguli film "Ayah Ijinkan Aku Sekolah" dari Bintan, Kepulauan Riau yang menjadi juara 2 dan juara 3 "Lentera untuk Santi" dari Kebumen dan berhak mendapat piala dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Pengumuman pemenang saat acara perayaan International day of The Girls (Hari Internasional untuk Anak Perempuan) pada Jumat, 10 Oktober 2014 di Jakarta. Pengumuman dibacakan oleh sutradara dan produser Lola Amaria sekaligus sebagai salah satu juri di acara yang juga dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Gumelar.

"Senang mendengarnya, setidaknya lewat film kami bisa menyuarakan kondisi remaja perempuan di Purbalingga. Saat produksi tidak banyak waktu, beruntung subyek-subyek dalam film kami cukup terbuka bahkan terhadap persoalan-persoalan pribadi," tutur Dinda Putri Hapsari, sang sutradara, dalam siaran pers yang diterima Republika Online (ROL).

Film "Yang Menikah Muda" produksi Sabuk Cinema ekstrakulikuler sinematografi SMA Bukateja Purbalingga mengisahkan bagaimana anak-anak remaja di sebuah dusun di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Dusun Tawang, Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga banyak yang menikah muda.

Lemahnya ekonomi dan pendidikan menjadi salah dua faktor penyebab banyaknya remaja perempuan menikah dini dengan berbagai resiko. Namun realita seperti ini tampaknya belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah daerah karena kebijakan pembangunan banyak terfokus pada pembangunan fisik yang cenderung berada di pusat kota.

Guru Pembina ekskul sinema Meinur Diana Irawati mengatakan, prestasi ini selain mengangkat nama sekolah dan Purbalingga juga diharapkan mampu memacu semangat anak untuk terus berkarya. "Tahun lalu, ekskul sinema hampir tenggelam. Tampaknya, dengan masuknya siswa baru ada suntikan semangat yang baru pula. Harapannya, ekskul ini mampu menjadi wadah siswa dalam berkarya," ungkap guru pengampu mata pelajaran Ekonomi ini.

Kompetisi bertema "Memberdayakan Remaja Perempuan: Memutus Lingkar Kekerasan" ini digelar dalam rangka memperingati Hari Internasional untuk Anak Perempuan yang jatuh pada 11 Oktober sekaligus upaya mengampanyekan gerakan "Because I Am A Girl" (BIAAG) di Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement