REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sedikitnya 554 orang, termasuk beberapa warga sipil, tewas di Kota Kobane --yang didominasi Suku Kurdi-- sejak pertempuran meletus antara anggota Negara Islam (IS) dan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPF) tiga pekan sebelumnya.
Jumlah korban jiwa meliputi 20 warga sipil Kurdi, 226 anggota YPG dan petempur lain yang berafiliasi pada kelompok Kurdi, selain 298 anggota IS, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia pada Sabtu (11/10).
Observatorium itu menambahkan jumlah korban jiwa bisa bertambah lagi.
Di tengah pertempuran di bagian selatan Kobane, dua ledakan kuat mengguncang bagian baratdaya kota tersebut pada Sabtu, kata Observatorium tersebut, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. Kelompok pemantau Suriah itu menyatakan ledakan tersebut belum bisa dikonfirmasi.
Observatorium itu sebelumnya menyatakan petempur IS telah merebut lebih dari 40 persen wilayah Kobane. Ditambahkannya, pertempuran pada Sabtu terjadi di beberapa daerah di kota strategis tersebut di perbatasan dengan Turki.
Direbutnya kota itu akan memungkinkan anggota IS menghubungkan Ar-Raqqa, yang diumumkan sebagai Ibu Kota Provinsi, dengan Kobane dan menjalin wilayahnya ke daerah yang berbatasan dengan Turki.
Para pejabat Pemerintah Suriah dan pegiat Kurdi menuduh Turki membantu IS dalam merebut Kobane untuk menghilangkan suku Kurdi di daerah itu dan mewujudkan zona penyangga yang telah lama diinginkannya dan dilindungi oleh zona larangan terbang di Suriah Utara.