Selasa 14 Oct 2014 11:36 WIB

Akibat Kekeringan, Warga Daerah Ini Terpaksa Makan Nasi Aking

Tanah kering di kawasan gersang Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kamis (25/9).Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memperdiksrta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi akan mengalami kekeringan hingga Oktober mendatang.
Tanah kering di kawasan gersang Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kamis (25/9).Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memperdiksrta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi akan mengalami kekeringan hingga Oktober mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU- Sejumlah warga Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, dilaporkan tepaksa makan nasi aking karena gagal panen, sehingga kesulitan mendapatkan beras dampak kemarau berkepanjangan, kata anggota DPRD setempat.

"Kemarau berkepanjangan lahan pertanian di Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, kesulitan mendapatkan beras warga setempat terpaksa makan nasi aking," kata anggota DPRD Indramayu fraksi PKB, Azun Mauzun, kepada wartawan di Indramayu, Selasa (14/10).

Dikatakannya, lahan pertanian di Kecamatan Krangkeng sebetulnya potensial untuk kembangkan tanaman padi, tetapi akibat kesulitan pasokan air sehingga mereka gagal panen, warga setempat hanya mengandalkan hasil tani. Makan nasi aking di Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu terus berlanjut, kata dia, setiap kemarau warga setempat kesulitan mendapatkan beras.

Nasi aking, atau nasi sisa yang dikeringkan kemudian dimasak kembali, bertahun-tahun dimakan oleh warga Kecamatan Krangkeng, padahal Indramayu merupakan lumbung beras, dimana laporan Kepala Daerah penghasil padi di Jawa Barat, tapi disayangkan masyarakat Pantura masih sulit mendapatkan beras tersebut.

Berdasarkan laporan Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, produksi gabah kering di Kabupaten Indramayu pada 2013 lalu mencapai sedikitnya 1,69 juta ton, melebih target yang direncanakan. Pada tahun 2012 produksi gabah kering mencapai 1.509.136 ton dari realisasi tanam seluas 122.591 hektare. Itu berarti, produksi gabah kering meningkat sekitar 180 ribu ton, padahal lahan tanam berkurang.

Warsito salah seorang warga Krangkeng Kabupaten Indramayu mengaku, terpaksa makan nasi aking karena sulit mendapatkan beras, setiap kemarau gagal panen. Menurut dia, nasi aking setiap tahun dimakan oleh masyarakat di Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu, bantuan dari Pemerintah setempat sering salah sasaran, selain itu warga mengandalkan olah lahan meski mereka sering gagal panen akibat kemarau. Sebenarnya kebutuhan air bisa mencukupi tetapi setelah ada pengeboran minyak sumur pompanisai mengering.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement