REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Respon Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, terhadap berbagai aksi 'bullying' di media sosial (Sosmed) dan meme seperti twitter, facebook dan path dinilai masih sangat normatif.
Pengamat tata kota, Yayat Supriatna, menyatakan reaksi Wali Kota Bekasi belum mencerminkan aksi nyata karena masih berupa konsep. "Wali kota Bekasi tidak perlu terlalu reaktif terhadap berbagai pembahasan tentang Kota Bekasi di Sosmed dan meme itu," tutur Yayat saat dihubungi ROL, Selasa (14/10) malam. Apalagi, lanjut Yayat, dengan tindakan membuat tagar #IniBekasiku dengan akun resmi @pemkotbekasi.
Menurut Yayat, sangat baik jika para Netizen warga Bekasi menangani aksi bullying di medsos dan meme itu. Jadi, tidak perlu Pemkot sendiri yang membuat akun resmi. "Pemkot Bekasi, perlu aktif berdialog dengan warga Bekasi tentang berbagai macam persoalan di Kota Bekasi," kata dia,
Misalnya, papar Yayat, masalah-masalah seperti kepadatan penduduk yang sangat padat, kemacetan luar biasa, ruang terbuka hijau (RTH) minim, cuaca sangat panas dan rusaknya infrastruktur jalan. "Bayangkan saja, daerah terpadat di Kota Bekasi telah mencapai 17 ribu jiwa per Kilometer Persegi. Sedangkan daerah terjarang sudah berpenduduk 12 ribu orang per kilometer persegi," papar Yayat.
Apalagi, ungkapnya, luas keseluruhan Kota Bekasi hanya 23 ribu kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 2,5 juta jiwa. Hal ini menunjukkan Kota Bekasi sudah sangat padat dan sumpek, jelasnya, lengkap dengan berbagai permasalahan sosial khas perkotaan. "Jangan sampai warga Kota Bekasi malu mengakui Bekasi sebagai tempat tinggalnya. Misalnya, warga Kemang Pratama sudah tidak mau lagi mengaku sebagai warga Kota Bekasi," papar Yayat.