Sabtu 25 Oct 2014 02:00 WIB

Nasib Pejuang yang Kini Jadi Tukang Somay Keliling (2)

Rep: c13/ Red: Bilal Ramadhan
 Personel TNI ( Republika/Edwin Dwi Putranto)
Personel TNI ( Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam belakangan ini, Mang Edi merasa terbantu dengan kehadiran saudaranya. Ia dan saudaranya tinggal di dalam sebuah kontrakan yang sama. Dengan saudaranya yang bekerja, setidaknya biaya kontrakan dapat terbantu walau sedikit.

Mang Edi menjelaskan, saudaranya cuma pekerja serabutan. Terkadang ia menjadi kuli bangunan. Di lain waktu, saudaranya itu bisa menjadi pedagang keliling. Ada satu hal yang menarik dari kisah Mang Edi. Ia ternyata pernah menjadi seorang tentara dalam Pasukan Siliwangi sekitar 1960-an.

“Dari lawan penjajah sampai orang Indonesia sendiri pernah saya hadapi,” tambah Mang Edi.

Laki-laki berkulit sawo matang ini menceritakan, ia menjadi salah satu tentara di Pasukan Siliwangi sekitar sembilan bulan. Selama ia menjadi bagian Pasukan Siliwangi, banyak hal yang telah ia pelajari dari pasukan itu.

Tak pernah disangka, di balik profesi Mang Edi saat ini sebagai pedagang somay. Ia menyimpan suatu kenangan yang sangat penting. Mang Edi adalah seseorang yang sangat berarti dan memiliki kontribusi terhadap negeri ini, Indonesia. Setelah Mang Edi mengundurkan diri dari Pasukan Siliwangi. Ia pun beralih profesi menjadi seorang petani di kampung halamannya.

Karena usaha tani yang kurang memuaskan hasilnya, Mang Edi memberanikan diri untuk merantau. Kota yang ia pilih untuk dikunjungi adalah Tangerang Selatan. Ia mengaku, merantau karena inisiatif sendiri bukan karena ada orang yang mengajaknya.

Kaki Mang Edi akhirnya menginjak tanah di daerah ini sekitar 1990-an. Segala tantangan hidup mulai ia hadapi. Namun demi melanjutkan hidup, ia tetap berusaha. Mang Edi mengatakan, pertama kali makanan yang ia dagangkan adalah Bakso Tahu. Setelah itu, ia beralih menjadi tukang somay. Laki-laki yang berasal dari desa Samarang Awi ini bercerita, ia juga pernah berjualan kompor.

“Jadi, setelah saya dagang bakso tahu dan somay. Saya juga sempat berdagang kompor,” ungkap Mang Edi.

Demi memperoleh uang yang cukup untuk keluarganya, ia pun bersedia dikirim ke seluruh pulau Indonesia. Kompor yang ia perdagangkan berasal dari sebuah perusahaan kompor biasa di Jawa Barat. Sekitar 2002, Mang Edi dikirim ke pulau Sumatera untuk berdagang kompor. Selain itu, ia juga pernah mengunjungi pulau Kalimantan dan Bengkulu. Tujuannya hanya satu, memperoleh uang demi keluarganya yang berada di kampung halaman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement