REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Fasilitas bagi para penumpang di Stasiun Depok Baru kurang memadai. Padahal omzet yang diraup stasiun itu bisa mencapai 2 miliar rupiah perbulan, karena setiap harinya ada sekitar 24.000 penumpang berangkat dari sana.
Salah satu yang paling mencolok adalah minimnya kursi untuk penumpang yang hendak menunggu kereta. Selain itu bangunan stasiun yang mangkrak membuat stasiun itu tampak tak terurus.
Bangunan tiga lantai tampak lusuh, di lantai dua dan tiga gedung stasiun tak digunakan, beberapa kaca jendela hilang, jalan masuk menuju stasiun pun tampak tak terawat. Belum lagi fasilitas wireless internet di beberapa sudut stasiun yang tak berfungsi.
Wakil Kepala Stasiun, Darmono mengakui bahwa fasilitas yang ada di stasiun hanya sebatas toilet gratis. Untuk fasilitas lain ia mengatakan belum ada rencana. "Wifi mati, gak tahu tuh orang IT nya, ya kalau pengembangan sih ya baru toilet, belum tahu kapan mau ada penambahan fasilitas," ujarnya.
Darmono mengaku belum adanya masterplan yang diusung oleh pihak stasiun untuk pembangunan. Darmono mengklaim bahwa pihaknya harus berkordinasi lebih lanjut dengan pihak perhubungan.
Selain fasilitas dalam stasiun yang minim, akses menuju stasiun dari arah margonda, juga dewi sartika tampak tak terurus, para penumpang mesti melewati pintu belakang pusat perbelanjaan, bahkan melewati jalan kecil dari bekas terminal.
"Paling nanti menunggu selesai beresin terminal dulu, baru beresin kita, ya saya gak tahu kapan ya," ujarnya.
Stasiun yang sudah dibangun sejak 1992 ini menjadi tempat keberangkatan bagi warga margonda yang kerja di jakarta. Selain itu, stasiun Depok Baru terletak di wilayah strategis, berada di kawasan jalan margonda, bersebelahan langsung dengan terminal dan pusat perbelanjaan.