REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pertanyaan seputar integrasi Muslim di Perancis telah kembali jadi diskusi publik pekan ini menyusul laporan yang menyatakan 60 persen narapidana di negeri ini berasal dari "agama atau budaya Muslim"
Le Figaro melaporkan anggota Parlemen sayap kanan, Guillaume Larrive, mengatakan penjara Perancis rentan terhadap ekstremisme Islam. Ia juga menyatakan "beberapa ratus tahanan" kemungkinan termasuk radikal.
Dia menyarankan dibentuknya "unit khusus anti-radikalisasi", untuk narapidana yang telah kembali dari jihad. Larrige pun meminta pemerintah meningkatkan pengawasan.
Mathieu Guidere, universitas sarjana Perancis Islam, mengatakan kepada Al Arabiya News, terdapat jumlah yang mengkhawatirkan terkait narapidana Muslim di Perancis. Ini menurutnya, merupakan konsekuensi langsung dari kegagalan untuk mengintegrasikan minoritas.
Diperkirakan 40.000 Muslim ditahan di penjara Perancis. Guidere mengatakan, hal ini mencerminkan perpecahan sosial yang terus-menerus antara Muslim dan warga negara Perancis lainnya.
Analis lain menunjukan adanya faktor ekonomi. "Tahanan Muslim di Perancis biasanya menganggur dan hidup di sebagian besar pinggiran kota yang miskin," kata Raphaël Liogier, seorang sosiolog dan ilmuwan politik Prancis, pada Al Arabiya News.
Muslim di Prancis umumnya imigran generasi kedua keturunan Arab yang tiba di Perancis dalam situasi keuangan yang rumit. Ia menambahkan, mereka biasanya frustrasi, dan akhirnya melakukan kejahatan sebagai balas dendam terhadap masyarakat.