REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Direktur Pasca Panen dan Pembinaan Usaha Dirjen Perkebunan Ir Bambang Sadjuga MSc, menyebutkan bahwa bioenergi terbarukan secara nasional baru mencapai 3,94 juta ton per tahun.
"Jumlah ini masih jauh dari target pemerintah untuk menghasilkan bioenergi, sehingga bahan baku yang kita hasilkan tersebut diolah dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan nasional baik di bidang ketahanan energi maupun pangan," kata Bambang di Pekanbaru, Selasa (4/11).
Menurut Bambang Sadjuga, hingga kini Dirjenbun terus mendukung pengolahan biomassa menjadi bioenergi. Apalagi selama ini, biomassa maupun CPO telah mengalami hambatan dalam pemasaran di pasar global.
Oleh karena itu, katanya lagi, apa salahnya, kalau bahan baku yang kita ekspor tersebut di dalam negeri untuk menjadi bioenergi atau kebutuhan pangan.
"Jika feasibilitynya tercapai maka investor akan datang dengan sendirinya," katanya.
Anna Rufaida dari Kementrian ESDM, menyatakan bahwa pemerintah daerah terutama tingkat kabupaten dan kota berperan dalam pengembangan energi terbarukan.
Ia menjelaskan, jika pemda menyediakan fasilitas dan kemudahan dalam perizinan dan pihak swasta menyediakan bahan baku maka target produksi bioenergi nasional akan tercapai.
Harry dari Project Control PT Musim Mas, menjelaskan bahwa hingga kini, perusahaannya kini terus mengembangkan proses pengolahan biomassa menjadi bioenergi. Minimal hingga akhir tahun 2014 PT Musim Mas telah memiliki 10 proyek bioenergi yang tersebar di Riau, Kaltim, Kalteng, Sumut, Sumsel, Sumbar.
Harry meyakini pengembangan proyek ini akan terus dilakukan karena PT Musim Mas yakin, pengolahan Biomassa akan menambah pendapatan perusahaan dan turut membantu ketahanan energy nasional.
"Untuk di Riau, kita sudah memiliki satu proyek yaitu di Pangkalan Lesung tahun 2011 dengan kapasitas 2 MW dan tahun 2012 kita juga menambah di Pangkalan Lesung juga dengan kapasitas 3 MW. Kedepan proyek ini akan terus dikembangkan," ujar Harry.