Selasa 04 Nov 2014 23:33 WIB

Pemerintah Diharap Transparan Soal Informasi Penerimaan Negara

Rep: c87/ Red: Mansyur Faqih
  Seorang pedagang menjajakan poster Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (3/11). ( Republika/Raisan Al Farisi)
Seorang pedagang menjajakan poster Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (3/11). ( Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia baru saja menjadi satu-satunya negara di Asean yang telah memenuhi standar compliant dalam pelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative). Sehingga kepemimpinan Indonesia tersebut harapannya diikuti oleh negara lain di kawasan regional.

Direktur Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menyatakan, inisiatif tersebut harus terus didorong dan dilaksanakan secara konsisten dan menyeluruh oleh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). 

Mekanisme EITI mensyaratkan adanya keterbukaan data dan infomasi pembayaran dan penerimaan negara dari kedua belah pihak. Baik oleh perusahaan mau pun oleh pemerintah. 

"Kebocoran dan korupsi penerimaan dapat ditekan melalui transparansi data produksi dan pembayaran penerimaan negara," kata Fabby, Selasa (4/11).

Koordinator Publish What You Pay (PWYP) Indonesia, Maryati Abdullah menambahkan, dalam standar baru EITI juga didorong adanya transparansi kepemilikan (beneficial ownership) dan keterbukaan hingga ke tingkat daerah (sub-nasional). 

PWYP merupakan koalisi organisasi masyarakat sipil dari daerah-daerah kaya sumber daya alam se-Indonesia.

"Jika ini juga dilaksanakan di Indonesia, maka asimetris informasi mengenai penerimaan dan sektor pertambangan kita sedikit demi sedikit dapat teratasi. Sembari terus meningkatkan pemanfaatan penerimaan untuk pembangunan yang mensejahterakan masyarakat," jelas Maryati.

Mengenai nomenklatur kementerian ESDM yang berada di bawah koordinasi menteri kemaritiman, Maryati sedikit menyayangkan. Sebab, persoalan ESDM selama ini justru terletak pada buruknya koordinasi dengan kementerian terkait.

Seperti sektor lingkungan hidup dan kehutanan, pajak dan penerimaan negara mau pun terkait tata kelola BUMN dalam mengoptimalkan peran-peran publik. "Meski demikian, mari kita tunggu saja gebrakan Jokowi dan Kabinetnya dalam menangani persoalan ESDM," imbuhnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Allah berfirman, “Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

(QS. Al-Ma'idah ayat 12)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement