Kamis 06 Nov 2014 02:45 WIB

Genjot Produktivitas Melalui Lahan Kering

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Lahan Kering
Lahan Kering

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta, Jabar, menggenjot hasil produksi pertanian. Salah satunya dengan memanfaatkan lahan kering yang ada di wilayah itu. Serta, meningkatkan rata-rata produksi sebesar lima persen.

Balya Ilyas Susila, Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta, mengatakan, sebelumnya luas lahan sawah di Purwakarta hanya 16 ribu hektare. Saat ini, bertambah jadi 17.548 hektare. Penambahan tersebut, dari lahan kering yang dimanfaatkan masyarakat untuk dijadikan sawah.

"Dengan bertambahnya luasan lahan ini, maka produktivitas pertanian harus digenjot," ujar Balya, kepada Republika, Rabu (5/11).

Akan tetapi, lanjut Balya, kendalanya yakni suplai air. Area pertanian di Purwakarta suplai airnya masih menggunakan jaringan irigasi pedesaan. Dengan sumber air dari wilayah pegunungan yang ada di selatan Purwakarta.

Kecamatan yang tak tersentuh jaringan irigasi pedesaan, maka suplai airnya hanya mengandalkan air hujan. Sehingga, produktivitas pertanian di Purwakarta masih kalah dengan daerah tetangga yang pasokan airnya berasal dari jaringan irigasi yang pusatnya di Waduk Jatiluhur.

Di Purwakarta, index tanamnya mayoritas masih dua kali dalam setahun. Bahkan, sawah tadah hujan hanya sekali dalam setahun. Sedangkan, daerah tetangga index tanamnya sudah tiga kali dalam setahun.

Meskipun indexnya masih rendah, namun produktivitas itu terus digenjot. Tahun ini saja, produktivitasnya ditargetkan naik lima persen. Dari sebelumnya rata-rata 6,1 ton per hektare jadi 6,4 ton per hektare.

Begitu pula dengan hasil produksi secara keseluruhan, ditargetkan naik 4,07 persen. Yakni, dari hasil produksi pada 2013 mencapai 228.731 ton menjadi 238.050 ton di akhir tahun ini. "Penambahan target ini, karena dibantu oleh pemanfaatan lahan kering tersebut," ujar Balya.

Sementara itu, Kusnadi (46 tahun), petani asal Kampung Babakan Lio, Desa Gurudug Kecamatan Pondok Salam, mengaku, area sawah di wilayahnya merupakan sawah tadah hujan. Sehingga, dia serta petani lainnya hanya bisa tanam sekali dalam setahun.  "Kami bisa tanam hanya di setiap musim rendeng," ujar Kusnadi.

Untuk produktivitas, dinilai masih cukup rendah. Pasalnya, lanjut Kusnadi, dalam sehektare gabah yang dihasilkan dalam kondisi basah hanya mencapai enam ton. Petani ingin, ada pembinaan intensif dari dinas. Supaya, bisa lahan tadah hujan ini bisa digenjot produktivitasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement