Senin 10 Nov 2014 17:12 WIB

Pencemaran Minyak Mentah di Indramayu Salah Siapa?

Rep: Lilis Handayani/ Red: Esthi Maharani
seekor burung yang tubuhnya penuh dengan tumpahan minyak mentah (ilustrasi)
Foto: AP
seekor burung yang tubuhnya penuh dengan tumpahan minyak mentah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Ceceran minyak mentah (crude oil) ditemukan di bibir pantai di empat desa yang ada di Kecamatan/Kabupaten Indramayu.Adapun empat desa itu, yakni Desa Pabean Udik, Karangsong, Tambak dan Singaraja. Ceceran minyak mentah itu diestimasikan memanjang sekitar tujuh kilometer di bibir pantai di keempat desa tersebut.

Anggota Forum Pelestari Lingkungan Indramayu (Pelangi), Masdi mengatakan sudah berkali-kali mempertanyakan masalah itu ke sejumlah perusahaan Pertamina, seperti RU VI dan Field Jatibarang. Namun, kedua pihak tersebut tidak mengakui ceceran minyak mentah di bibir pantai itu bersumber dari mereka.

 

‘’Hal seperti ini memang sering kami alami, kami bingung mencari siapa yang bertanggungjawab atas pencemaran crude oil di perairan Indramayu,’’ keluh Masdi, Senin (10/11).

 

Masdi menyatakan, seharusnya, semua pihak yang memiliki minyak mentah di wilayah Indramayu bisa duduk bersama dan saling memaparkan contoh minyak mentah masing-masing. Dengan demikian, jika terjadi pencemaran minyak mentah di perairan, maka bisa diketahui sumbernya.

 

Seorang petambak ikan yang pertama kali menemukan ceceran minyak mentah di bibir pantai Desa Tambak, Sarpan, mengaku sangat resah dengan adanya ceceran tersebut. Pasalnya, ceceran minyak mentah akan membuat budidaya ikan di tambaknya menjadi mati.

 

Seorang warga Desa Karangsong, Nurul Husna, menambahkan, ceceran minyak mentah juga menempel pada batang pohon-pohon mangrove yang ada di Desa Karangsong. Dia bersama warga setempat langsung membersihkannya karena ceceran minyak mentah akan membuat pohon mangrove menjadi mati.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement