REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM-- Israel tidak akan pernah setuju untuk membatasi kegiatan konstruksi di daerah pendudukan di Yerusalem Timur. Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman mengatakan pihaknya tidak akan pernah menerima definisi pembangunan di lingkungan Yerusalem sebagai aktivitas pemukiman.
"Kami tidak akan menerima pembatasan pada pembangunan di daerah (timur) Yerusalem," kata Avigdor.
Pernyataan itu disampaikan empat hari setelah Israel menyetujui rencana untuk membangun 200 rumah di Ramot di Yerusalem Timur. Meski terjadi bentrokan hampir setiap hari dan ketegangan di sana dengan Palestina, sebagian dipicu oleh perluasan pemukiman tersebut.
Pengumuman itu memicu kecaman tajam dari Washington yang menegaskan kembali pembangunan tersebut bertentangan dengan konstruksi seperti di Yerusalem timur. Pernyataan itu bisa memperburuk situasi yang sulit dan tidak akan memberikan kontribusi terhadap upaya untuk mengurangi ketegangan.
Israel merebut Yerusalem Timur pada tahun 1967 dalam Perang Enam Hari dan kemudian dianeksasi dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional. Hal ini mengacu ke seluruh kota sebagai sebuah kesatuan dan tidak melihat pembangunan di sana sebagai kegiatan permukiman.
Sedangkan Palestina menginginkan sektor timur kota Yerusalem sebagai ibukota negara mereka yang dijanjikan dan dengan keras menentang setiap upaya Israel untuk memperluas pembangunan di sana.