REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Tengah Muhamad Nur menyebutkan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi tidak terlalu berdampak di provinsi ini.
Kenaikan tersebut hanya akan memengaruhi inflasi di sekitar 2,6 persen karena kenaikan harga BBM sebesar Rp2.000,00 per liter, kata Kepala Perwakilan BI Kalteng saat rapat koordinasi menanggulangi dampak kenaikan harga BBM tingkat Pemerintah Provinsi Kalteng di Palangka Raya, Rabu (19/11).
"Harus dipahami kenaikan harga BBM juga membawa dampak positif karena masyarakat akan lebih bijak dalam penggunaan BBM. Indonesia akan mampu mengurangi impor BBM dan pertumbuhan ekonomi makin naik," tambah Nur.
Dia pun menyarankan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota se-Kalteng membuat program komunikasi dengan masyarakat dampak positif dari dinaikkannya harga BBM subsidi.
Kepala Perwakilan BI Kalteng itu menyatakan optimistis masyarakat akan menerima kenaikan harga BBM bersubsidi apabila ada penjelasan secara perinci terkait dengan dampak positif yang akan mereka terima.
"Harga BBM Indonesia ini paling murah di dunia. Harus sampaikan kepada masyarakat akan hal itu supaya ekspektasi masyarakat tidak berlebihan. Kita juga harus yakinkan masyarakat bahwa stok tidak kurang," demikian Nur.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Sukardi mengatakan bahwa gejolak harga barang-barang pascapenaikan harga BBM bersubsidi akan terjadi. Namun, tidak terlalu tinggi seperti yang diperkirakan banyak pihak.
Dia memprediksi kenaikan harga barang-barang justru akan terjadi di awal Desember 2014 karena kebutuhan meningkat dan produksi makin banyak ditambah adanya hari besar maupun akhir tahun.
"Tahun 2013 angka kemiskinan di Kalteng 6,03 persen, tetapi ini tidak terlalu dipikirkan kalau dana subsidi BBM dialihkan pada hal-hal yang membangun. Kalau memang ada dana yang dialihkan dari BBM ini kepada rakyat miskin, saya rasa tidak akan jadi musibah, tetapi hibah," demikian Sukardi.